Loading

Ketik untuk mencari

Amerika

Putri Malcolm X Ditemukan Tewas Mencurigakan

Putri Malcolm X Ditemukan Tewas Mencurigakan

POROS PERLAWANAN – Salah satu Jubir Kepolisian New York mengumumkan, jasad putri Malcolm X bernama Malika Shabazz (56 tahun) telah ditemukan di apartemennya pada Senin 22 November lalu.

Dikutip Fars dari situs Business Insider, cucu Pemimpin Gerakan Kulit Hitam AS menemukan jasad ibunya di apartemennya yang terletak di Brooklyn.

Laporan ini menyebut, kematian Shabazz terjadi tepat 2 hari setelah dibebaskannya Muhammad Aziz dan Khalil Islam dari tuduhan pembunuhan ayahnya.

BBC melaporkan, dugaan keterlibatan Aziz dan Islam mencuat setelah putri-putri Malcolm X mengajukan bukti surat seorang mantan polisi menjelang kematiannya. Ia mengklaim, Polisi New York dan FBI telah bersekongkol untuk membunuh Malcolm X. Putri-putri Malcolm X pun menuntut agar kasus teror ayah mereka dibuka kembali dengan adanya bukti-bukti baru tersebut.

Media-media lokal memberitakan, penyelidikan terkait kematian mencurigakan Shabazz masih berlangsung. Hingga kini belum ada detail lebih lanjut yang dipublikasikan.

Malcolm X dilahirkan dengan nama asli Malcolm Little pada tahun 1925 di kota Omaha yang terletak di Negara Bagian Nebraska.

Ayahnya, Earl Little, adalah seorang pendeta pemberani dan tak kenal takut, yang dikenal sebagai pendukung Marcus Garvey, pemimpin kelompok nasionalis kulit hitam. Little kerap mendapat ancaman pembunuhan dari kelompok-kelompok politik kulit putih lantaran aktivitas gigihnya dalam memperjuangkan hak-hak warga kulit hitam. Di tahun 1929, rumah mereka di Michigan dibakar hingga menjadi abu.

Setelah memeluk agama Islam, Malcolm memutuskan untuk mengganti nama keluarganya menjadi X, sama seperti yang dilakukan saudara dan saudarinya yang memeluk Islam. X adalah nama keluarga bagi tiap keluarga Afro-Amerika yang tidak mengetahui nama keluarga asli nenek moyang mereka yang diperbudak. Sebab itu, budak-budak ini terpaksa menerima nama yang diberikan para majikan mereka.

Malcolm sejak saat itu selalu menulis namanya dengan “Malcolm X” untuk menegaskan ketidakjelasan identitas warga kulit hitam di AS.

Pada tanggal 14 Februari 1965 rumah Malcolm dan anak isrinya diledakkan dengan bom, namun tak satu pun dari mereka yang terluka. Tujuh hari setelahnya, saat Malcolm berpidato di sebuah aula di Manhattan, New York, tiga pria bersenjata memberondongnya dengan senapan dari jarak dekat. Malcolm meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.

Malcolm tewas dengan 25 peluru yang bersarang di tubuhnya. Ia meninggal dalam usia 40 tahun dan menjadi korban dari kekerasan yang selalu ditentangnya. Ribuan orang mengiringi pemakamannya di Harlem.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *