Loading

Ketik untuk mencari

Amerika

Rusia: AS Pecundang Demokrasi di Negerinya Sendiri tapi Ngotot Ajari Negara Lain Soal Demokrasi

Rusia: AS Pecundang Demokrasi di Negerinya Sendiri tapi Ngotot Ajari Negara Lain Soal Demokrasi

POROS PERLAWANAN – Staf Dewan Keamanan Rusia, Yuri Uryanov menyatakan bahwa AS sudah gagal menciptakan demokrasi di dalam negerinya sendiri. Namun masih berusaha keras mengajari negara-negara lain bagaimana mewujudkan demokrasi.

“Baru-baru ini Menlu AS Antony Blinken ditanya, apakah Washington dengan segala kesulitan yang dihadapinya berhak untuk mengajarkan demokrasi kepada negara-negara lain? Blinken dengan nada bercanda menjawab bahwa untungnya dia tidak bertanggung jawab untuk mengurus masalah-masalah domestik,” kata Uryanov dalam sebuah wawancara, diberitakan Fars.

“Ada sebuah pepatah Rusia yang mengatakan, ada orang yang tidak mengetahui cara melakukan sesuatu, tapi mengajarkannya kepada orang lain. Inilah cara orang-orang AS. Washington sudah gagal dalam menciptakan demokrasi di rumahnya sendiri, namun ngotot ingin mengajari selainnya cara mewujudkan demokrasi,” imbuhnya.

Beberapa hari lalu, Jubir Kemenlu China dalam statemennya menyatakan, demokrasi sudah sejak lama menjadi “senjata pembunuh massal” yang digunakan AS untuk mengintervensi negara-negara lain.

Jubir Istana Kremlin, Dmytri Peskov juga menyebut konferensi soal demokrasi di AS sebagai “upaya Washington untuk memecah belah bangsa-bangsa”. Ia menegaskan, pandangan Rusia terhadap konferensi itu “seratus persen negatif”.

AS mengadakan konferensi ini di saat para pakar internasional, bahkan pejabat senior Paman Sam sendiri, menegaskan bahwa demokrasi ala AS tengah terjun bebas.

Puncak kemerosotan demokrasi ala AS terlihat jelas di tahun lalu, yaitu di saat berlangsungnya Pilpres AS. Setelah kalah dalam Pilpres, mantan Presiden Donald Trump menggulirkan klaim kecurangan besar-besaran. Bersamaan dengan diumumkannya kemenangan Joe Biden di Kongres, para pendukung Trump menyerbu gedung Kongres.

Di lain sisi, AS dan para sekutunya menduduki Afghanistan selama 20 tahun dengan dalih mewujudkan kebebasan dan demokrasi ala Barat di negara tersebut. Namun pada akhirnya, AS buru-buru hengkang dari Afghanistan sembari mengakui kegagalannya “menciptakan demokrasi”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *