Sayyid Nasrallah: Israel adalah Sel Kanker yang Harus Dilenyapkan
POROS PERLAWANAN-Dalam pidato peringatan hari Asyura pada Sabtu 29 Juli, Sayyid Hasan Nasrallah menyinggung penistaan Alquran yang terjadi di Barat.
“Pemerintah Swedia, Denmark, dan seluruh dunia harus tahu bahwa kita adalah umat yang tidak tahan melihat simbol-simbol suci, para nabi, dan Alquran dinistakan. Jika di dunia ada umat-umat yang penistaan simbol-simbol mereka tidak penting, tidak berbuat apa pun demi membelanya, dan tidak menganggapnya berarti, Umat Islam yang jumlahnya miliaran tidak seperti mereka,”tegas Sayyid Nasrallah, diberitakan Fars.
“Negara-negara Islam dan para Menlu mereka harus mengambil keputusan terhadap penistaan yang dilakukan di Swedia dan Denmark. Mereka harus menyampaikan pesan tegas bahwa penistaan baru akan disusul dengan pemutusan hubungan diplomatik dan embargo ekonomi.”
Sehubungan dengan serbuan para pemukim Zionis ke Masjid Aqsa, Sekjen Hizbullah mengatakan,”Rezim Zionis adalah virus kerusakan dan sel kanker di kawasan kita. Kawasan tidak akan tenang selama sel kanker ini belum dilenyapkan. Orang-orang merdeka di seluruh dunia harus mendukung bangsa Palestina serta membantu mereka. Saat ini, bangsa Palestina meyakini Perlawanan dan mengandalkannya lebih dari sebelumnya. Mereka terus mempersembahkan syahid serta berjihad dengan bom, senapan, dan batu.”
Sayyid Nasrallah juga menyinggung masalah Yaman dan mengatakan, gencatan senjata tidak resmi belum memadai bagi rakyat negara itu.
“Rakyat Yaman punya hak agar semua agresi terhadap mereka dihentikan. Mereka memiliki pemimpin pemberani. Mereka masih terus bertahan dan melawan,”tandasnya.
Israel disebut Sayyid Nasrallah masih menduduki sebagian dari wilayah Lebanon di kawasan al-Ghajr. “Saya katakan kepada orang-orang Zionis untuk berhati-hati terhadap tindakan bodoh kalian. Perlawanan tidak akan setengah-setengah dalam melaksanakan tugas dan membebaskan tanah (Lebanon). Perlawanan siap untuk segala opsi dan tidak akan bungkam di hadapan kebodohan apa pun,”kata Sekjen Hizbullah.
