Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Tekankan Pentingnya Persatuan Nasional Hadapi Agresi dan Normalisasi, Fatah: Musuh Kita adalah Israel, Bukan Iran

Tekankan Pentingnya Persatuan Nasional Hadapi Agresi dan Normalisasi, Fatah: Musuh Kita adalah Israel, Bukan Iran

POROS PERLAWANAN – Sekjen Komite Pusat Fatah, Jibril Rajoub dalam wawancara dengan al-Mayadeen bicara tentang perkembangan terakhir Palestina.

Terkait hubungan Ramallah dengan Pemerintah AS di era Joe Biden, Rajoub mengatakan, ”Kami menyadari bahwa Pemerintahan ini tidak berbeda dengan Pemerintahan-pemerintahan sebelumnya. Isu Palestina bukan prioritas bagi mereka.”

“Kita punya satu musuh bersama, yaitu Israel. Jarum kompas (permusuhan) jangan sampai berubah arah ke tempat-tempat lain,” imbuh Rajoub, diberitakan Fars.

“Kami berharap saudara-saudara di Hamas memahami pentingnya persatuan untuk menciptakan sebuah piramida nasional, mengingat adanya proyek normalisasi hubungan Arab (dengan Rezim Zionis). Musuh kita bukan Iran dan Turki. Sebagai negara Arab, sebuah Kawasan, dan Muslim, prioritas kita harus ada di sini (Palestina).”

Sehubungan dengan normalisasi sejumlah negara Arab dengan Tel Aviv dan sikap Ramallah terhadapnya, Rajoub mengatakan, ”Kami mendapat jaminan dari Arab Saudi bahwa Riyadh tidak akan menuju normalisasi sebelum masalah Palestina diselesaikan.”

Ia juga menanggapi pertemuan Presiden PNA, Mahmoud Abbas dengan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Aljazair. Rajoub berkata, Aljazair sejak beberapa bulan sebelumnya telah mengajukan rencana untuk mendengarkan pandangan semua pihak di Palestina.

Terkait hubungan Fatah dan Hamas serta rekonsiliasi Palestina, Rajoub mengaku bahwa Fatah menyambut baik hubungan dengan Hamas.

“Kami ingin mengakhiri perselisihan dan membuat sebuah persekutuan nasional yang fokus kepada pendirian negara independen Palestina di perbatasan 1967, dengan Quds sebagai Ibu Kotanya, kepulangan para pengungsi Palestina, dan perluasan konsep aturan konfrontasi melawan Penjajah,” kata Rajoub.

Perselisihan antara Hamas dan Fatah dimulai di tahun 2007. Menyusul kemenangan Hamas dalam Pemilu 2007 sebagai partai penguasa setelah memperoleh 74 kursi, Fatah yang dipimpin Abbas awalnya menerima hasil Pemilu. Namun usai penentangan AS dan Eropa terhadap hasil Pemilu, dengan dalih bahwa Hamas adalah “kelompok teroris”, Fatah pun ikut-ikutan menolak hasil Pemilu. Penolakan ini memicu perselisihan dan kesenjangan politik antara Hamas dan Fatah, yang masih berlanjut hingga sekarang.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *