Loading

Ketik untuk mencari

Arab Saudi

Masyarakat Arab Protes Keras Dipilihnya Penceramah Pro-Israel sebagai Khatib Hari Arafah di Saudi

Masyarakat Arab Protes Keras Dipilihnya Penceramah Pro-Israel sebagai Khatib Hari Arafah di Saudi

POROS PERLAWANAN – Dipilihnya seorang penceramah yang dekat dengan tokoh-tokoh Zionis sebagai Khatib pada Hari Arafah di Saudi menuai kecaman luas di medsos-medsos berbagai negara Arab.

Diberitakan al-Alam, gelombang protes ini begitu besar sehingga memaksa BCC Arabic untuk meliputnya dan menulis, ”Setelah diangkatnya Syekh Muhammad bin Abdulkarim al-Isa sebagai Khatib di Hari Arafah, muncul gelombang protes di dunia maya dan medsos terhadap pengangkatan ini. Tagar #Turunkan_al-Isa_dari_Mimbar menjadi salah satu tagar viral di medsos-medsos Arab di Mesir, Qatar, Yordania, dan Aljazair.”

Sejumlah media mengabarkan, hanya dalam tempo beberapa menit, lebih dari 50 ribu tweet dan komentar bernada protes terhadap keputusan Kerajaan Saudi ini telah menyebar.

Para pemrotes mengatakan, al-Isa telah menjadi simbol normalisasi dengan Rezim Zionis. Foto-foto pertemuannya dengan para rabbi Rezim Zionis, dukungannya terhadap gagasan penyerahan pemakaman Baqi’ kepada Yahudi dan berkuasanya Zionis atas tempat-tempat suci di Saudi semestinya membuat al-Isa tidak mendapatkan posisi Khatib Arafah.

Selain itu, banyak orang yang juga meminta para jemaah haji untuk memboikot salat yang diimami oleh al-Isa.

Banyak kalangan yang menyatakan, pemilihan al-Isa untuk memimpin pertemuan global terbesar Muslimin adalah bentuk pencibiran Klan Saud terhadap perasaan masyarakat dan kejahatan besar terhadap hak Umat Islam.

Pada 2020 lalu, penceramah Kerajaan Saudi ini mengunjungi kamp konsentrasi Auschwitz di Polandia. Al-Isa bicara soal pembunuhan orang Yahudi di Perang Dunia I dan menghadiri seremoni yang diadakan pihak Zionis dalam rangka peringatan tersebut. Seremoni yang dihadiri al-Isa ini diliput secara luas oleh media-media Zionis, termasuk laman Kemenlu Israel di medsos.

Dalam wawancara dengan sebuah harian Prancis, al-Isa berkata bahwa Prancis berhak untuk melarang pemakaian hijab. Menurutnya, orang Muslim yang tidak mau mematuhi aturan ini bisa meninggalkan Prancis.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *