Ini Cara Pandang AS kepada Pihak-pihak Arab Pelaku Normalisasi

Share

POROS PERLAWANAN – Beberapa hari lalu, harian Jerusalem Post mewawancarai mantan Menlu AS, Mike Pompeo, yang merupakan tanggapan terhadap statemen Dubes pertama Saudi untuk Pemerintah Otonomi Nasional Palestina (PNA) di Ramallah, Nayef al-Sudayri.

Al-Sudayri berkata bahwa “Riyadh menjadikan pembentukan negara Palestina dengan Quds Timur sebagai Ibu Kotanya sebagai fondasi untuk kesepakatan apa pun antara Saudi dan Israel”.

Dilansir al-Alam, Pompeo secara terbuka menyatakan jika syarat utama normalisasi Riyadh-Tel Aviv adalah pembentukan negara Palestina, bisa saja kesepakatan ini tidak bakal terwujud.

“Solusi 2 Negara adalah mustahil, apalagi dengan pemimpin Palestina saat ini yang mendukung terorisme, menerima uang dari Iran, dan membayarkan imbalan kepada warganya yang membunuh orang Israel,” ujar Pompeo.

Dalam wawancara tersebut, Pompeo mengungkap alasan kebenciannya kepada PNA. Ia mengatakan, ”Sangat sulit membayangkan cara menjalin kesepakatan dengan para pemimpin yang menolak semua ‘tawaran rasional’ untuk mereka.”

Tawaran yang dimaksud Pompeo adalah proposal perdamaian yang diajukan Donald Trump pada 2020 silam. Proposal ini mencakup penggabungan 130 permukiman di Tepi Barat dan Lembah Yordania ke wilayah yang diduduki Israel. Namun proposal itu ditolak mentah-mentah oleh Palestina, karena itu sama saja dengan bunuh diri.

Dalam pandangan AS, tujuan dari normalisasi hubungan Riyadh-Tel Aviv adalah melindungi keamanan Israel. Sebab itu, Pompeo mengatakan, ”Tiap Presiden AS, entah itu dari Demokrat atau Republik, pasti akan mendukung kesepakatan normalisasi, sebab AS berkepentingan untuk terwujudnya hubungan keamanan antara AS, Saudi, dan Israel.”

Bagi kami, seorang teroris seperti Pompeo, yang sangat Zionis hingga sumsum tulangnya dan merupakan versi AS untuk Ben-Gvir, Smotrich, dan Netanyahu, tidak memiliki nilai apa pun, sebab dia dikenal sebagai pembenci Muslim dan Arab. Dia juga mengidap Islamofobia, sebagaimana diakui Dewan Hubungan AS-Islam. Namun yang kami sesalkan adalah kenapa sejumlah pihak Arab masih bisa percaya kepada orang seperti Pompeo.

Kami benar-benar tidak paham kenapa Arab ingin menormalisasi hubungan dengan pihak-pihak yang merendahkan Arab, enggan menjual senjata modern kepadanya, tidak membantu pengembangan program nuklir damai Arab, menghalangi kemajuannya, dan hanya menjadikan Arab sebagai sumber energi dan pasar untuk produk-produk mereka.

Saat ini, pihak-pihak tersebut memanfaatkan Arab untuk menutupi kejahatan kemanusiaan terbesar, yaitu pendudukan Palestina, penelantaran rakyatnya, dan pemberian legalitas kepada Rezim Teroris Zionis.