Kecam Otoritas Inggris, PM Skotlandia Dukung Pawai Pro-Palestina di London

Share

POROS PERLAWANAN– PM Skotlandia Humza Yousaf menyatakan, penolakan Pemerintah Inggris untuk pawai besar pro-Palestina di London di Hari Gencatan Senjata Perang Dunia I pada 11 November adalah “hal yang tidak bisa diterima.” Ia menegaskan bahwa pawai ini jelas-jelas harus diadakan.

Dikutip Fars dari Press Association, Yousaf dalam wawancara dengan wartawan di kota Dundee menyatakan, pawai dukungan untuk Palestina pada tanggal 11 November harus berlangsung. Menurutnya, respons PM Inggris Rishi Sunak terhadap pawai ini telah membuat dirinya “sangat marah.”

Pemerintahan Sunak mengeklaim, pawai ini memicu kekhawatiran sehingga London mengecamnya. Namun Yousaf berkata, deskripsi Otoritas Inggris untuk pawai itu sebagai “pawai yang menebar kebencian” adalah “deskripsi yang tidak bisa diterima.”

Pihak penyelenggara mengumumkan, pawai ini akan dimulai dari Hyde Park di London menuju ke arah Kedubes AS dan tidak melintasi tugu peringatan korban tewas Inggris di Perang Dunia I yang dikenal dengan nama Cenotaph.

Dalam wawancara dengan jurnalis, Yousaf ditanya apakah ia mendukung penyelenggaraan pawai ini. Dia menjawab,”Tentu saja saya mendukung. Saya tahu bahwa pawai ini akan dilangsungkan setelah satu menit mengheningkan cipta, yang jelas akan diperhatikan oleh kita. Setahu saya, pawai ini tidak akan melewati kantor Pemerintah atau tugu Cenotaph.”

Orangtua istri Yousaf, yang berasal dari Palestina, sempat terjebak dalam blokade Israel di Gaza. Namun mereka berhasil keluar dari kawasan itu baru-baru ini.

Beberapa waktu lalu, saat Yousaf mencemaskan keadaan mertuanya di Gaza, ia mengecam Sunak dan Ketua Partai Buruh Keir Starmer lantaran menolak mengajukan permintaan gencatan senjata di Gaza, kendati Rezim Zionis terus melakukan kejahatan di kawasan itu.

Dalam wawancara Senin kemarin, Yousaf mengatakan,”Saya sangat marah terhadap sikap Pemerintah dan Mendagri Inggris kepada pawai ini. Tampaknya mereka ingi mengubah segala hal menjadi perang kebudayaan. Deskripsi mereka bahwa pawai ini adalah ‘pawai yang menebar kebencian’ sangat memalukan dan tidak bisa diterima.”