Membedah Statemen Kontradiktif Menhan AS Soal Kekuatan Militer Iran

Share

POROS PERLAWANAN – Menhan AS, Lloyd Austin pada Jumat 26 April di hadapan wartawan berkomentar soal serangan balasan Iran ke Israel. Ia mengatakan, ”Iran harus memeriksa lagi efektivitas sistem dan program persenjataannya… Saya meyakini bahwa Israel menunjukkan punya banyak kemampuan untuk melindungi diri.”

Kita tidak perlu menjadi pakar militer untuk memahami dusta besar Austin. Dalam kalimat singkat, Menhan AS telah mengatakan 2 dusta: pertama, soal “senjata Iran yang tidak efektif” dan kedua soal “Israel mampu melindungi dirinya sendiri”.

Mungkin sebelum 7 Oktober 2023, pernyataan semacam ini akan mengecoh orang-orang awam. Namun setelah tanggal tersebut, dunia melihat bahwa hanya dengan serangan sekelompok pejuang muda Perlawanan ke permukiman-permukiman Zionis di sekitar Gaza, seluruh Israel dicekam ketakutan. Berbagai bandara dan pelabuhan Israel disesaki para pemukim ketakutan yang berniat kabur serta kembali ke tempat asal mereka.

Rasa takut ini bukan hanya menghinggapi para pemukim Zionis, tapi juga Militer Israel, yang konon “tak terkalahkan”. Para petinggi IOF tampil di podium dengan wajah pucat dan bicara soal bencana yang menimpa mereka.

Satu-satunya tindakan Joe Biden untuk menenangkan Israel adalah mengirim kapal induk, pesawat, dan ribuan serdadu ke Israel. AS juga mengumumkan keadaan darurat di pangkalan-pangkalannya di Kawasan. Selain itu, banyak negara Barat yang juga mengirim armada mereka ke Kawasan.

Sejak saat itu, jembatan udara dari Barat, terutama AS, terus dipelihara untuk mendistribusikan senjata, pesawat, perangkat militer, dan uang untuk Israel. Semua ini dilakukan karena Washington tahu kedok Israel terbuka dan bahwa Militernya tidak sanggup menghadapi ribuan pejuang gigih Palestina. Sebab itu, Barat perlu mengerahkan semua kapasitasnya untuk melindungi eksistensi Israel.

Situasi serupa terulang saat Iran membalas serangan Israel ke kantor Konsulatnya di Damaskus. Meski serangan Iran tidak mendadak (lantaran sebelumnya mereka tahu Iran akan membalas) dan rudal serta drone yang digunakan bukan varian termodern, namun 3 negara besar Barat bersama sejumlah negara Arab mengerahkan seluruh kemampuan mereka untuk melindungi Rezim Zionis.

Kendati begitu, baik pertahanan udara AS, Inggris, Prancis, maupun Israel terbukti tidak mampu mencegat rudal-rudal presisi Iran. Dengan demikian, pesan yang ingin disampaikan Iran pun telah diterima oleh audiensnya.

Oleh karena itu, kami meminta Austin untuk mengecek kinerja sistem pertahanan AS, sebab bukan kabar baik bagi AS, Inggris, Israel, dan para sekutunya jika mereka mengeluarkan miliaran Dolar untuk mencegat rudal dan drone yang cuma seharga beberapa juta Dolar saja.

Selain itu, Biden sendiri mengakui bahwa andai bukan karena AS, niscaya Israel tidak bisa sendirian membendung serangan Iran. Pernyataan Presiden AS ini mengonfrontasi klaim palsu Austin soal kemampuan Israel untuk melindungi dirinya.

Kami meminta dari Austin agar berhenti mengobral dusta soal kelemahan Iran; negara yang mampu menembak jatuh simbol industri perang Paman Sam, yaitu drone raksasa Global Hawk seharga 250 juta Dolar yang dirontokkan saat terbang di ketinggian 2.000 kaki. Drone itu ditembak jatuh pada 20 Juni 2019 oleh rudal darat ke udara sistem pertahanan udara 3 Khordad buatan Iran.

Pada 4 Desember 2011, Iran juga mendaratkan sebuah drone AS dalam keadaan utuh setelah memasuki zona udaranya dari Afghanistan. Padahal drone itu dilengkapi dengan teknologi mutakhir, mampu terbang di ketinggian 15.000 meter dari permukaan tanah, tidak terlacak radar, dan dianggap sebagai pesawat siluman yang dipandu satelit.

Awalnya AS menyangkal drone itu telah dikuasai Iran. Namun setelah beberapa lama, AS mengeklaim bahwa drone itu jatuh. Hingga akhirnya Washington mengakui bahwa drone itu didaratkan oleh Iran dengan menggunakan perangkat perang elektronik. Presiden AS saat itu, Barack Obama pun meminta agar Iran mengembalikan drone tersebut.

Terakhir, kami meminta Austin untuk mengimbau Netanyahu agar tidak berbuat bodoh lagi. Sebab jika itu terjadi, tak bakal ada lagi kesempatam cukup untuk mengirim armada guna melindungi Israel dari persenjataan Iran; persenjataan yang lebih modern, kuat, dan mematikan daripada persenjataan yang digunakan pada 14 April lalu