Loading

Ketik untuk mencari

Amerika

AS Bakal Tambah Lagi Medali Penghargaan untuk Puluhan Serdadu yang Cedera dalam Serangan Rudal Iran

AS Bakal Tambah Lagi Medali Penghargaan untuk Puluhan Serdadu yang Cedera dalam Serangan Rudal Iran

POROS PERLAWANAN – Diberitakan Fars, Tentara AS berencana memberikan medali penghargaan kepada lebih banyak serdadunya yang terluka akibat serangan rudal Iran ke Ayn al-Asad tahun 2020 silam.

Harian USA Today melaporkan, meski Donald Trump mengerahkan banyak usaha untuk meremehkan kerugian akibat serangan rudal itu, namun Militer AS memutuskan bahwa serdadu penerima medali Purple Heart akan ditambah.

Pada 8 Januari tahun lalu, Iran melancarkan serangan rudal balistik terbesar yang pernah dilakukan atas Tentara AS hingga saat itu. Serangan itu adalah balasan atas teror AS terhadap Komandan Pasukan Quds IRGC, Jenderal Qassem Soleimani.

Sebanyak 11 rudal menghantam pangkalan militer Ayn al-Asad, yang merupakan basis 2 ribu serdadu AS dan sejumlah besar pesawat. Masing-masing rudal itu dimuati hulu ledak seberat 453 kg.

Komandan CENTCOM, Frank McKenzie mengakui kedahsyatan dan akurasi rudal-rudal Iran tersebut. Ia mengatakan, andai Ayn al-Asad tidak dikosongkan, ada kemungkinan 20 hingga 30 pesawat akan hancur dan 100 hingga 150 personel akan tewas.

Hingga beberapa pekan setelah serangan, Pemerintahan Trump berupaya merahasiakan besarnya kerugian yang diderita Militer AS. Kurang dari sebulan, akhirnya Pentagon mengakui bahwa lebih dari 100 serdadu AS mengalami gegar otak akibat serangan.

Menurut USA Today, sekitar 80 serdadu yang cedera menandatangani surat-surat yang diperlukan untuk menerima medali Purple Heart. Namun hanya 30 serdadu yang menerima penghargaan tersebut. Kini Militer AS berniat memberikan medali itu kepada 39 serdadu lain yang mengalami cedera di Ayn al-Asad.

Dalam wawancara dengan stasiun televisi CBS bulan Agustus lalu, Mayor Alan Johnson menceritakan pengalamannya saat diserang rudal-rudal Iran.

“Aliran udara kencang (akibat ledakan) menghambur ke arah saya dan masuk ke dalam bungker. Pendengaran saya langsung hilang sepenuhnya, seolah saya berada di dalam air. Saya bisa merasakan rasa tanah dan logistik yang masuk ke mulut saya.”

Setelah gelombang ledakan usai, api mulai menjilat-jilat dan “Api mulai menjalar ke arah bungker. Anda tahu, tingginya sekitar lebih dari 2 meter.”

“(Saya berkata kepada diri sendiri) kami akan terbakar hidup-hidup di sini. Kami mulai berlari menempuh jarak sejauh 135 meter. Baru saja kami menempuh sepertiganya, kami mendengar suara ‘Serangan! Berlindunglah!’ Saya masih harus berlari sejarak lapangan sepakbola. Saya tidak tahu kapan rudal berikutnya akan menghantam,” tutur Johnson.

Menurutnya, beberapa jam setelah serangan ia menyadari telah mengalami cedera parah akibat gegar otak.

“Saya masih mengalami sakit kepala tiap hari. Saya mendengar suara denging menakutkan di telinga saya. Saya ingin akui ini: saya masih bermimpi buruk,” kata Johnson.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *