Loading

Ketik untuk mencari

Opini

AS Tak Pernah Ambil Pelajaran dari Sejarah Berdarahnya Bunuh Warga Sipil Tak Berdosa

AS Tak Pernah Ambil Pelajaran dari Sejarah Berdarahnya Bunuh Warga Sipil Tak Berdosa

POROS PERLAWANAN – Setelah Komandan CENTCOM, Kenneth McKenzie mengakui bahwa serangan drone AS menewaskan warga sipil Afghanistan, bukan ISIS, Menhan AS Lloyd Austin dalam statemennya meminta maaf atas serangan pada tanggal 29 Agustus itu.

Ia mengakui, penyelidikan tentang insiden itu menunjukkan bahwa 10 orang tewas, termasuk 7 anak-anak.

“Kami meminta maaf dan berusaha untuk mengambil pelajaran dari kekeliruan mengerikan ini. Sebab itu, kami telah menginstruksikan untuk mengkaji penyelidikan yang baru-baru ini dilakukan Komando Pusat AS,” ujar Austin.

Jelas bahwa andai New York Times tidak melakukan investigasi menyeluruh di Kabul, atau Direktur Eksekutif Human Rights Watch Kenneth Roth tidak membeberkan fakta di balik serangan itu, niscaya AS tidak akan mengakui kejahatan ini.

Awalnya Tentara AS mengumumkan, pada tanggal 29 Agustus sebuah kendaraan “yang memuat bahan peledak” telah dihancurkan di Kabul.

Tentara AS mengklaim telah menggagalkan upaya ISIS untuk melakukan operasi peledakan di bandara Kabul.

McKenzie mengaku, Tentara AS pada hari itu menerima informasi soal “bahaya dalam waktu dekat” di bandara Kabul. Sebuah kendaraan telah diidentifikasi berada di sekitar bangunan yang disebut-sebut sebagai markas ISIS. Pergerakan kendaraan itu pun diawasi selama 8 jam oleh Tentara AS melalui drone dan satelit. Diketahui bahwa tiap kali mobil itu berjalan, sekitar 2 atau kadang 3 pria naik atau turun darinya.

Sore harinya, ketika mobil itu berhenti di jarak 3 km dari landasan bandara, Tentara AS pun memutuskan untuk menghancurkan mobil itu dengan rudal Hellfire.

Jelas bahwa versi McKenzie ini hanya karangan belaka.

Bagaimana mungkin Tentara AS mengawasi mobil itu dengan cermat selama 8 jam, tapi tidak mengetahui keberadaan sedikitnya 7 anak di dalamnya? Kenapa harus ada 7 anak berada dalam mobil selama 8 jam tanpa pernah turun? Versi McKenzie ini tak lain hanya untuk menjustifikasi kejahatan Tentara AS.

Ini bukanlah kejahatan pertama Tentara AS atas warga sipil Afghanistan, sehingga mereka berkata telah melakukan “blunder”. Dalam dua dekade terakhir, Tentara AS telah membunuh lebih dari 71 warga sipil Afghanistan dan Pakistan dalam serangan-serangan udara mereka.

Austin berkata, ” Kami meminta maaf dan berusaha untuk mengambil pelajaran dari kekeliruan mengerikan ini. Tak ada tentara yang berusaha mencegah jatuhnya korban dari warga sipil seperti kami.”

Menanggapi ucapan Menhan AS ini, kita bertanya: apa sebenarnya yang dilakukan Tentara AS di kawasan yang berjarak puluhan ribu kilometer dari AS? Berapa nyawa warga tak berdosa yang harus tercabut sampai AS mengambil pelajaran? Andai AS benar-benar mengambil pelajaran dari tewasnya jutaan warga sipil sepanjang sejarah berdarahnya, semestinya AS sudah sadar sejak dahulu.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *