Damaskus: Lawatan Khusus Pompeo Takkan Ubah Status Golan sebagai ‘Wilayah Sah Suriah’ yang Dicaplok Zionis
POROS PERLAWANAN – Wakil tetap Suriah di PBB, Bashar al-Jaafari menegaskan, musuh-musuh Suriah yang dipimpin AS dan Turki masih melanjutkan dukungan untuk kelompok teroris dan milisi separatis, yang juga menjarah kekayaan bangsa Suriah.
Dalam statemen yang dibacanya di konferensi virtual Dewan Keamanan terkait situasi di Suriah, Jaafari mengatakan, ”Militer AS dan kelompok-kelompok milisi separatis binaannya masih terus menjarah sumber-sumber alam Suriah, serta secara terang-terangan mencuri minyak dan gas Suriah.”
“Tentara AS baru-baru ini mencuri warisan kuno di Provinsi Hasakah. Mereka menjarah harta karun dan emas kawasan itu melalui beberapa penggalian dengan kerja sama para arkeolog Prancis dan Zionis,” tutur Jaafari.
“Kejahatan orang-orang AS ini sama seperti perilaku para teroris ISIS yang melakukan penjarahan demi memenuhi sumber dana mereka. Kini para majikan teroris sudah mengambil tempat para bawahannya.”
Menurut Jaafari, Tentara AS tidak hanya puas menjarah kekayaan Suriah, tapi juga berusaha memberi legitimasi kepada kelompok teroris dan milisi anteknya.
“Sebuah delegasi AS bernama Kebebasan Beragama secara ilegal mengunjungi Provinsi Deir Ezzor dan Raqqa untuk menemui para wakil kelompok-kelompok teroris,” ungkapnya.
“Di sinilah muncul pertanyaan: seperti inikah negara yang menjadi markas PBB membela piagam dan prinsip hukum internasional?”
Jaafari juga mengecam kunjungan Menlu AS, Mike Pompeo ke Dataran Tinggi Golan dan permukiman di Tepi Barat pada 19 November lalu. Ia mengatakan, ”Kunjungan ini menunjukkan fanatisme mutlak Pemerintahan Trump terhadap Rezim Zionis, dengan cara menginjak-injak prinsip hukum internasional serta piagam dan resolusi PBB. AS mendorong Israel untuk melanjutkan kejahatan-kejahatannya.”
Meski demikian, tandas Jaafari, kunjungan Pompeo tidak akan mengubah status Golan sebagai kawasan milik Suriah yang diduduki Rezim Zionis. Ia menegaskan, Suriah akan menggunakan berbagai cara yang dilegalkan hukum internasional untuk merebut kembali Golan.
