Loading

Ketik untuk mencari

Lebanon

Hizbullah: Sekutu dan Antek AS di Kawasan Pesimis Soal Nasib Mereka ke Depan

Hizbullah: Sekutu dan Antek AS di Kawasan Pesimis Soal Nasib Mereka ke Depan

POROS PERLAWANAN – Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, Hasyim Shafiuddin dalam pidatonya menyatakan, rakyat Lebanon dengan bekal iman dan pengalaman mereka sanggup mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.

Dinukil Fars dari el-Nashra, Shafiuddin menyebut kebijakan-kebijakan AS sebagai faktor terpenting krisis yang mendera Lebanon saat ini.

“Bank-bank Lebanon berada di tangan AS. Sistem ekonomi Lebanon juga mengikuti AS. Semua bencana di dekade-dekade lalu terjadi di bawah pengawasan kebijakan AS. Kini AS datang untuk menempatkan Lebanon dalam posisi sulit, alih-alih membantu mengatasi problemnya,” kata Shafiuddin.

“Delegasi AS yang datang ke Lebanon ingin membuat garis khayalan bagi orang-orang Lebanon, dengan tujuan agar mereka meninggalkan basis-basis kekuatan mereka, baik itu dalam perlawanan atau swasembada ekonomi. Pada hakikatnya, ini adalah sebuah jalur delusif yang tidak akan mengatasi krisis Lebanon.”

“Andai AS serius ingin mengakhiri krisis Lebanon, semestinya ia menyerahkan minyak Lebanon kepada rakyatnya, tidak bekerja demi kepentingan Israel, menghentikan tekanannya di level sanksi dan selainnya, dan mengakhiri intimidasi terhadap negara-negara yang bisa membantu Lebanon,” imbuhnya.

Shafiuddin melanjutkan, keputusan AS untuk menyalurkan gas Mesir ke Lebanon melalui Suriah bukan didasari niat tulus, tapi hanya sebagai reaksi untuk mengimbangi masuknya BBM Iran ke Lebanon.

“Kita tidak bisa memercayai ucapan, perilaku, dan kunjungan pejabat AS. Kami menyarankan mereka yang mengikuti kebijakan AS, juga para antek Kedubes AS, agar tidak berharap muluk-muluk. Sebab, orang-orang di Lebanon yang dahulu mengandalkan AS bercerita bagaimana mereka disia-siakan Washington pada dekade 50 dan 60-an. Orang-orang yang sekarang bergantung kepada AS juga tengah dilanda kecemasan dan ketakutan.”

“Sebagian negara Arab dan negara-negara Teluk, seperti UEA dan Saudi, memikirkan masa depan mereka. Mereka berkata, AS bukan lagi negara yang seperti dahulu mereka kenal. Pihak yang meninggalkan Afghanistan dan sekutunya begitu saja, tidak bisa dipercaya.”

“Oleh karena itu, para sekutu tradisonal AS di Kawasan mencemaskan kebijakan-kebijakan negara ini. Mereka mengkhawatirkan masa depan yang bergantung kepada kebijakan-kebijakan tersebut,” tandas Shafiuddin.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *