Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Palestina

Mantan Menteri Perang Israel: Trump Kehilangan Aliansi Global dengan Keluar dari JCPOA

Mantan Menteri Perang Israel: Trump Kehilangan Aliansi Global dengan Keluar dari JCPOA

POROS PERLAWANAN – Mantan Menteri Perang Israel, Moshe Yaalon saat diwawancarai kanal Deutsche Welle menyatakan, gara-gara keluar secara sepihak dari JCPOA, mantan Presiden AS Donald Trump telah kehilangan aliansi global.

Dilansir Fars, Yaalon mengingatkan bahwa saat JCPOA diteken, ia termasuk pihak yang menentang kesepakatan nuklir ini. Meski begitu, imbuhnya, ia menilai bahwa penyingkiran kesepakatan itu di saat ini akan menimbulkan masalah.

“Saya pikir, JCPOA tahun 2015 adalah sebuah kekeliruan historis. Namun di saat yang sama, ini adalah sebuah kesempatan mengingat adanya tekanan-tekanan yang tertuju kepada Iran,” ujar Yaalon.

Ia lalu mengkritik keluarnya Pemerintahan Trump secara sepihak dari kesepakatan yang ditandatangani tahun 2015 itu.

“Ide Presiden Trump untuk keluar dari kesepakatan ini adalah sebuah kesalahan lain lagi. Sebab ketika Presiden Trump memutuskan untuk keluar dari JCPOA, tak ada satu pun rencana alternatif (plan B). Pada hakikatnya, ia telah melanggar kesepakatan ini (dengan keluar darinya),” kata Yaalon.

“Dengan keputusan ini, Trump telah kehilangan aliansi global. Iran pun menemukan dalih untuk mengembangkan program nuklirnya tanpa ada batasan,” tandasnya.

Beberapa waktu lalu, situs DEBKAFile yang dekat dengan sumber-sumber keamanan dan militer Israel melaporkan, para petinggi Rezim Zionis terbagi menjadi 3 kelompok dalam hal keputusan untuk menghadapi Iran.

Kelompok pertama adalah mereka yang meyakini bahwa Tel Aviv harus berkompromi dengan apa pun hasil Perundingan Wina. Kepala Biro Intelijen Militer Israel, Aharon Haliva dalam rapat Kabinet Keamanan dan Kemenlu menyatakan, bahkan jika hasil Perundingan Wina adalah “kesepakatan buruk”, tetap saja kesepakatan itu akan membatasi aktivitas nuklir Iran. Dengan demikian, Israel memiliki kesempatan yang dibutuhkan untuk bersiap menghadapi program nuklir Iran.

Kelompok kedua diwakili oleh orang-orang seperti Menlu Israel, Yair Lapid. Mereka juga mendukung kesepakatan nuklir. Bedanya, mereka berkata bahwa Tel Aviv harus memberi pengaruh terhadap teks final kesepakatan dan membuat perubahan-perubahan di dalamnya.

Kepala Staf Gabungan Tentara Israel, Aviv Kohavi dan Direktur Mossad David Barnea tergabung dalam kelompok ketiga. Mereka berpendapat, JCPOA hanya bisa diterima setelah ditulis ulang dan diubah secara signifikan.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *