Olmert Sebut Isu Iran ‘Bagian dari Upaya Netanyahu Intimidasi Rakyat Israel’
POROS PERLAWANAN – Mantan PM Israel, Ehud Olmert meminta dari masyarakat internasional untuk memprotes Kabinet Benyamin Netanyahu, sebab menurutnya, “Kabinet ini tidak mereprentasikan nilai-nilai fundamental Israel”.
“Isu tentang Iran adalah bagian dari kebijakan Netanyahu untuk intimidasi histeris (warga Israel),”ucap Olmert saat diwawancarai Kanal 13 Israel pada Sabtu kemarin.
Dilansir Fars, Olmert angkat bicara soal hubungan Tel Aviv dengan Washington dan mengatakan bahwa siapa pun yang mencintai Israel harus menentang Pemerintahan Netanyahu.
“Pemerintah Israel (saat ini) adalah musuh besar kepentingan-kepentingan fundamental. Pemerintahan sekarang ini bukan representasi norma-norma fundamental Israel. Oleh karena itu, masyarakat internasional yang mencintai Israel mesti menolak Pemerintahan Netanyahu,” kata Olmert.
Terkait kemungkinan pertemuan Netanyahu dengan Presiden Joe Biden di Amerika, Olmert menyatakan bahwa “pertemuan ini tidak penting sama sekali, sebab Amerika tidak akan melakukan apa yang diminta Netanyahu soal Iran”.
“Apa yang dikehendaki oleh Netanyahu adalah kita selalu hidup dalam ketakutan, stres, dan kecemasan serta mengkhawatirkan eksistensi Israel yang dalam bahaya,” imbuhnya.
“Satu-satunya keuntungan yang bisa diperoleh Netanyahu dari pertemuan dengan Presiden Amerika adalah naiknya posisi politis PM Israel. Saya tidak menghendaki dukungan politis ini. Biden sendiri juga berkata dia tidak ingin memberikan dukungan ini. Sebab itu, Netanyahu tidak diundang untuk melawat ke Amerika,” tandas Olmert.
Sebelum ini, Olmert berkata bahwa “Pemerintahan Netanyahu adalah musuh Israel” dan bahwa “kondisi saat ini berbeda dengan krisis-krisis politik yang pernah dihadapi Israel di masa lalu”.
Pada tahun silam, media-media Zionis mengutip statemen Olmert bahwa “Israel tidak punya opsi militer atas Iran”. Menurutnya, makna bahwa Israel tidak punya opsi militer adalah Tel Aviv tidak mungkin melancarkan serangan menyeluruh terhadap Teheran.
