Loading

Ketik untuk mencari

Oseania & Asia Rusia

Ulyanov: Kesepakatan AS-Inggris-Australia Picu Kompetisi Kapal Selam Nuklir Dunia

Ulyanov: Kesepakatan AS-Inggris-Australia Picu Kompetisi Kapal Selam Nuklir Dunia

POROS PERLAWANAN – Wakil Rusia di organisasi-organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulyanov menyatakan kesepakatan terkait kapal selam nuklir AS dan Inggris dengan Australia adalah “hal yang sangat berisiko”.

“Kemungkinan IAEA akan menemukan solusi. Namun bagaimana pun juga, AUKUS (pakta keamanan antara AS, Inggris, dan Australia) terkait dengan kapal selam nuklir adalah hal yang mengandung banyak risiko. Hal ini akan meningkatkan ketegangan di Kawasan, juga mendorong sejumlah negara untuk memiliki kapal selam nuklir. Saya rasa, program-program untuk pakta ini tidak dikaji dengan cermat,” cuit Ulyanov, sebagaimana diberitakan Fars.

Beberapa waktu lalu, para Kepala Negara AS, Inggris, dan Australia meneken kesepakatan untuk kerja sama di bidang diplomatik, keamanan, dan militer di seluruh kawasan Indo-Pasifik.

Mereka mengumumkan, program kapal selam nuklir Australia adalah proyek besar pertama kesepakatan ini. Atas dasar itu, Canberra pun membatalkan perjanjian senilai 90 miliar dolar dengan Paris untuk pembuatan kapal selam.

Ketua Dinas Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev memperingatkan kesepakatan tersebut adalah sebuah tindakan permusuhan terhadap Rusia dan China. Menurutnya, kesepakatan tiga negara itu pada akhirnya akan menciptakan sebuah blok militer baru, yang bertujuan memerangi Moskow dan Beijing.

Patrushev berpendapat, dengan adanya kesepakatan ini, AS dan Inggris akan menyerahkan ilmu pengembangan dan penggunaan kapal selam nuklir kepada Australia. Ini, kata Patrushev, adalah “ancaman bagi seluruh struktur keamanan Asia”.

Sebelum ini, para pejabat senior China juga berkali-kali memperingatkan soal kesepakatan tiga negara tersebut. Beijing menyebutnya sebagai faktor “penyebaran senjata nuklir” di Kawasan.

Selain China, sejumlah negara seperti Malaysia dan Indonesia juga memperingatkan dampak negatif kesepakatan itu atas keamanan regional.

Prancis, yang merasa dirugikan oleh kesepakatan itu, juga marah besar dan menyebutnya sebagai “tikaman belati dari belakang” yang dilakukan oleh para sekutunya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *