Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Gelombang Pengunduran Diri Guncang Militer dan Polisi Israel

Militer dan Polisi Israel Diguncang Gelombang Pengunduran Diri

POROS PERLAWANAN– Dikutip Mehr dari sumber-sumber media Israel, Kepala Divisi Intelijen Polisi Israel Dror Assaraf secara resmi mengumumkan mundur. Sebelumnya media-media telah memberitakan spekulasi pengunduran dirinya.

Sejak awal tahun 2024 hingga kini, sebanyak 6 perwira berpangkat tinggi Polisi Israel telah mengundurkan diri. Semua mereka bekerja di bawah pengawasan Menteri Keamanan Domestik Itamar Ben-Gvir.

Pada hari Selasa lalu, Militer Israel juga mengumumkan pengunduran diri Komandan Angkatan Darat Tamir Yadai dari posisinya. Yadai mengaku dia mundur “karena alasan-alasan pribadi.”

Yadai adalah salah satu Komandan Militer terkemuka yang mengundurkan diri sejak dimulainya perang di Gaza.

Kanal 7 Israel juga melaporkan, Komandan Unit 8200 Yossi Shariel bakal segera mundur dari jabatannya.

Para pakar berpendapat, gelombang pengunduran diri ini menunjukkan kebingungan Otoritas Rezim Zionis lantaran kegagalan mencegah Operasi Badai al-Aqsa.

Harian Maariv menyatakan, gelombang pengunduran diri besar-besaran di instansi keamanan dan kepolisian Israel akan menyebabkan berbagai perubahan fundamental di masa depan.

Radio Militer Israel mengutip statemen anggota Knesset Avichai Bofaron, yang menyatakan bahwa krisis ketidakpercayaan antara PM Benyamin Netanyahu dan Menteri Perang Yoav Gallant akan merugikan seluruh Israel. Kemungkinan mundurnya Gallant terus menguat seiring kian memanasnya perseteruan antara dia dan Netanyahu.

Beberapa waktu lalu, dua Menteri senior Israel menyatakan bahwa debat panas antara Benyamin Netanyahu dan Yoav Gallant dalam rapat Kabinet merupakan konflik paling berbahaya antara PM Israel dan Menteri Perang sejak awal perang hingga kini.

“Dalam rapat Kabinet, Netanyahu mengajukan rencana-rencana poros Salahudin (Philadelphia) demi memaksakan pendapatnya agar pasukan Israel bertahan di kawasan tersebut. Namun Gallant menyudutkan Netanyahu serta menuduhnya memaksakan rencananya terhadap Militer Israel”, tulis Yedioth Ahronoth.

“Dalam rapat tersebut, Netanyahu mengeklaim bahwa AS dan Mesir menyetujui rencana-rencana yang diajukannya. Namun Gallant menanggapi dengan berkata: ’Kita tidak berunding dengan AS-Mesir. Kita berunding dengan Yahya al-Sinwar’.”

Gallant lalu memberi tahu Dewan Politik dan Keamanan Israel bahwa tidak ada kendala keamanan untuk menarik pasukan dari poros Salahudin di selatan Gaza.

Sumber-sumber Zionis memberitakan penentangan Gallant terhadap berlanjutnya operasi di Salahudin.

Di lain pihak, televisi Israel melaporkan bahwa Kabinet Rezim Zionis menyetujui berlanjutnya kehadiran Militer di sepanjang perbatasan Mesir dan Gaza.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *