Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Yahya Sinwar: Perlawanan Hingga Napas Terakhir

Yahya Sinwar: Arsitek Perlawanan yang Dianggap Tewas

POROS PERLAWANAN – Berita kematian Yahya Sinwar menyeruak ke permukaan. “Yahya Sinwar tewas!” demikian judul lantang headline media-media Israel seperti KAN dan N12 News, Kamis, 17 Oktober 2024. Namun, di tengah gegap gempita itu, kabar kematian sosok yang menjadi simbol kegagalan proyek Zionis di Timur Tengah masih belum terkonfirmasi kebenarannya dari pihak Hamas, kelompok Perlawanan yang dipimpin Sinwar.

Versi yang dilaporkan oleh media Israel mengenai kematian Yahya Sinwar, insiden bermula saat pasukan Israel Defense Forces (IDF) sedang melakukan patroli rutin di daerah Rafah, Gaza, yang dikenal sebagai salah satu titik konflik intens. Di tengah ketegangan, mereka mendadak berhadapan dengan tiga pria Palestina yang bersenjata. Tanpa peringatan lebih lanjut, baku tembak pecah di antara kedua belah pihak. Suara tembakan memecah suasana, dan dalam hitungan menit, ketiga pria bersenjata tersebut tewas di tempat.

Klaim dari pihak Israel menyebutkan bahwa peristiwa ini sebagai kemenangan besar, mereka menduga bahwa salah satu dari ketiga pria tersebut, adalah Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang telah lama menjadi target utama Israel. Meski demikian, identitas korban masih diselimuti ketidakpastian dan belum diverifikasi secara independen. Narasi kemenangan ini dipandang sebagai bagian dari strategi propaganda Israel, sementara pihak Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait nasib Sinwar.

Sebagai arsitek militer Hamas, Yahya Sinwar adalah mimpi buruk bagi Israel. Dengan ketajaman strategi dan dukungan dari Iran, ia membangun kekuatan Hamas jauh melampaui yang pernah dibayangkan Israel. “Semua yang kami capai dalam hal kemampuan militer adalah berkat Iran dan dukungannya,” ucap Sinwar suatu kali, mencetak dirinya sebagai salah satu tokoh kunci dalam sejarah panjang perlawanan Palestina terhadap Israel. Sosoknya adalah simbol dari sebuah perlawanan yang tak mengenal kompromi, dan hingga kini, meski kabar kematiannya terus bergulir, bayangannya tetap membayangi percaturan politik dan militer di kawasan.

Proyek Soleimani dan Mimpi Buruk Israel

Segalanya dimulai dengan sebuah misi besar yang diinisiasi oleh Jenderal Qassem Soleimani, empat tahun sebelum kematiannya dalam serangan drone AS. Saat itu, Soleimani berusaha merangkai kekuatan “Poros Perlawanan” di Timur Tengah—Palestina, Irak, Yaman, hingga Suriah—dalam satu simpul strategi. Tugas ini dilanjutkan oleh penerusnya, Jenderal Ismail Qaani, yang meneruskan jalan diplomatik dan militer untuk memperkuat koordinasi di antara berbagai kekuatan anti-Israel di Kawasan, termasuk Hizbullah dan Hamas.

Pada 2018, sebagai bagian dari upaya ini, terbentuklah Ruang Operasi Gabungan, tempat latihan militer bersama mulai dilaksanakan di Palestina. Latihan-latihan ini, yang diberi nama “ar-Rukn al-Shadid”, menjadi fondasi penting bagi operasi militer Hamas ke depannya. Pada akhirnya, manuver tersebut mengantarkan pada serangan terbesar Hamas terhadap Israel dalam beberapa dekade terakhir: Operasi Badai al-Aqsa, 7 Oktober 2023. Sosok Yahya Sinwar berada di pusat semua ini, memainkan peran vital dalam peningkatan kapasitas militer Hamas, menjadikan dirinya sebagai tokoh yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya.

Sinwar, Hamas, dan Sentuhan Iran

Yahya Sinwar, bersama dua Komandan senior Hamas lainnya, Muhammad Dhaif dan Marwan Isa, adalah tiga sosok yang mengukuhkan hubungan Hamas dengan Iran. Ketika banyak pemimpin Hamas cenderung mendukung pemberontakan yang dilancarkan oleh ISIS di Suriah pada 2011, Sinwar mengambil jalan berbeda. Pada 2017, setelah ia menggantikan Ismail Haniyeh sebagai pemimpin Hamas di Gaza, Sinwar menolak segala bentuk rekonsiliasi dengan Israel dan mengumumkan bahwa Hamas telah memulihkan hubungan penuh dengan Iran. Ia mengakhiri ketegangan yang sempat merenggangkan hubungan tersebut akibat kebijakan Khalid Meshaal, pemimpin sebelumnya, yang berusaha menyeimbangkan strategi Hamas dengan kekuatan-kekuatan Arab.

Dukungan Iran terhadap Hamas di bawah kepemimpinan Sinwar meliputi banyak aspek. Tidak seperti negara-negara Arab lain yang hanya memberikan dukungan retorika, Iran menyediakan pelatihan militer, senjata, hingga dukungan logistik. Sinwar, yang memahami pentingnya dukungan ini, menegaskan bahwa strategi Hamas adalah fokus pada kekuatan militer yang dapat menandingi Israel, bukan diplomasi politik yang kerap terombang-ambing oleh dinamika internasional.

Dari Khan Yunis ke Medan Perlawanan

Lahir di Kamp Pengungsi Khan Yunis pada 29 Oktober 1962, Yahya Ibrahim Hassan al-Sinwar tumbuh dalam kemelaratan yang mengguratkan pandangan keras tentang perlawanan. Keluarganya adalah korban Nakbah, gelombang pengusiran besar-besaran yang dilakukan oleh Zionis pada 1948. Pengalaman Sinwar sebagai seorang pengungsi membentuk keyakinannya bahwa jalan satu-satunya menuju kebebasan Palestina adalah melalui perjuangan bersenjata. Trauma Nakbah, yang menyaksikan penghancuran ratusan desa Palestina, tertanam kuat dalam jiwanya.

Tahun 2011 menandai titik balik besar dalam karier politiknya. Ia dibebaskan dari penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan Wafa al-Ahrar, pertukaran tahanan terbesar yang pernah dilakukan antara Palestina dan Israel. Sebanyak 1.027 tahanan Palestina, termasuk Sinwar, dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan Gilad Shalit, seorang prajurit Israel yang ditangkap Hamas. Bebasnya Sinwar mengubah perimbangan kekuatan di Gaza; pria yang pernah dianggap enteng oleh Israel kini menjadi ancaman paling nyata bagi rezim tersebut.

Menerjang dengan Badai al-Aqsa

Operasi Badai al-Aqsa yang diluncurkan oleh Sinwar pada 7 Oktober 2023 menegaskan betapa matang perencanaan yang telah dirintisnya selama bertahun-tahun. Serangan itu bukan hanya memukul Israel secara militer, melainkan juga psikologis. Dampaknya meluas ke seluruh Timur Tengah, mengancam stabilitas yang selama ini diupayakan oleh kekuatan-kekuatan Barat di kawasan tersebut. Sinwar, dengan keahlian militernya yang terasah selama bertahun-tahun di medan tempur dan penjara Israel, menjadi sosok sentral yang tidak bisa diabaikan lagi.

Israel dan Amerika Serikat kini memusatkan perhatian pada Sinwar. Dengan hadiah Rp6,1 miliar di kepalanya, ia menjadi target utama dalam perang yang terus berlanjut. Namun, pengalaman panjangnya dalam perlawanan dan pemahamannya yang mendalam tentang musuhnya membuatnya sulit ditaklukkan. Sinwar memahami bahasa dan budaya Ibrani, kemampuan yang diperolehnya selama 23 tahun berada di balik jeruji Israel, memberinya keunggulan dalam mengantisipasi gerakan lawannya.

Yahya Sinwar adalah simbol perubahan. Dari seorang tahanan yang dibebaskan, ia naik menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam perjuangan Palestina melawan Israel. Dukungan Iran yang ia terima, serta keteguhan dan visinya yang tajam, menjadikan Hamas bukan hanya sebagai sebuah gerakan politik, melainkan kekuatan militer yang diperhitungkan dalam peta konflik Timur Tengah. Sinwar, dengan segala perannya, adalah mimpi buruk bagi Israel dan pahlawan bagi Perlawanan Palestina.

Yahya Sinwar gugur sebagai syahid, mengenakan seragam militer yang menjadi kebanggaannya. Dengan senapan di tangannya, ia terjun ke medan pertempuran, menghadapi pasukan pendudukan di Rafah. Di sana, di tengah desingan peluru dan debu pertempuran, ia memilih jalannya menuju keabadian.

Yahya Sinwar abadi; ia takkan pernah mati. Hanya jasadnya yang lenyap, sementara ide-ide, gagasan-gagasannya, dan perjuangannya terus berkilau dalam jiwa-jiwa merdeka. Karena Yahya Sinwar adalah sebuah gerakan, sebuah lagu kebebasan yang bergema, dan simbol kemenangan Palestina. Keberadaannya menembus batas waktu, membakar semangat perjuangan dalam dada setiap jiwa yang mendambakan kemerdekaan.

Ia adalah cahaya dalam kegelapan, pengobaran harapan yang takkan padam, menjelma dalam setiap detak jantung yang berani melawan penindasan. Dalam setiap langkah dan cita-cita, namanya hidup, tak terpisahkan dari nyanyian sejarah perjuangan yang abadi. [PP/MT]

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *