Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Aliansi Iran-Rusia dan Potensi Indonesia Bergabung dengan BRICS di Tengah Kompleksitas Dinamika Global

POROS PERLAWANAN – Ketegangan geopolitik dunia saat ini, ditandai dengan konfrontasi antara kekuatan Barat dan blok Timur yang dipimpin oleh Rusia dan sekutunya, semakin memperkuat pentingnya aliansi strategis dan forum kerja sama multilateral seperti BRICS. Dalam konteks ini, aliansi Iran-Rusia serta potensi Indonesia bergabung dengan BRICS menjadi perhatian utama dalam analisis politik dan ekonomi global.

 

1. Aliansi Iran-Rusia di Tengah Ketegangan Global

Hubungan Iran dan Rusia telah berkembang semakin kuat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat. Aliansi ini tidak hanya berakar pada kesamaan kepentingan dalam politik Timur Tengah, melainkan juga sebagai respons terhadap tekanan yang mereka hadapi dari Amerika Serikat dan sekutunya. Dalam dua konfrontasi utama, yaitu konflik Rusia dengan NATO di Ukraina dan agresi Israel di Gaza dan Lebanon, dukungan Rusia terhadap Iran menjadi kunci bagi stabilitas aliansi ini.

Kedua negara ini memiliki kepentingan bersama dalam mempertahankan pengaruh mereka di wilayah strategis, terutama di Timur Tengah dan Asia Tengah. Rusia memandang Iran sebagai sekutu penting dalam menghadapi ancaman dari Barat di Eropa Timur dan dalam upaya memperluas pengaruhnya di Timur Tengah. Sebaliknya, Iran melihat Rusia sebagai penyeimbang kekuatan Barat dan sekutu penting dalam memperkuat posisinya di wilayah tersebut. Dukungan Rusia terhadap Iran dalam menghadapi tekanan Israel dan Amerika Serikat di Timur Tengah akan menjadi indikator penting seberapa kuat komitmen aliansi ini dalam menghadapi tantangan global yang lebih luas.

Namun, tantangan utama bagi aliansi ini adalah kemampuan mereka untuk terus mengonsolidasikan kerja sama di berbagai bidang, terutama di sektor militer dan energi. Kerja sama militer antara Iran dan Rusia, seperti latihan militer bersama dan transfer teknologi pertahanan, menjadi kunci untuk menghadapi ancaman dari kekuatan Barat. Selain itu, kerja sama di sektor energi, khususnya dalam minyak dan gas, memungkinkan kedua negara ini untuk memanfaatkan posisi mereka sebagai pemain utama di pasar energi global, sambil menghadapi sanksi ekonomi dari Barat.

 

2. BRICS sebagai Forum Kerja Sama Multilateral

BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) telah muncul sebagai forum kerja sama yang semakin penting di tengah perubahan dinamika geopolitik dunia. Salah satu agenda utama BRICS adalah mengurangi dominasi Dolar dalam perdagangan global dan menciptakan tatanan ekonomi dunia yang lebih adil bagi negara-negara berkembang. Di samping agenda ekonomi, aspek keamanan juga menjadi perhatian utama, terutama mengingat meningkatnya konfrontasi antara blok Barat dan Timur.

Iran telah aktif terlibat dalam BRICS dan bahkan mengusulkan pembentukan kerangka keamanan untuk kelompok tersebut. Ini menandakan bahwa BRICS tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, melainkan juga ingin memainkan peran yang lebih besar dalam menjaga stabilitas geopolitik global. Hubungan yang semakin erat antara Iran dan Rusia dalam kerangka BRICS dapat membantu kedua negara ini memperkuat posisi mereka di panggung internasional dan mengurangi tekanan dari Barat.

Namun, BRICS bukan hanya tentang Rusia dan Iran. Forum ini juga menjadi tempat bagi negara-negara berkembang untuk membangun aliansi ekonomi dan politik yang lebih mandiri dari pengaruh Barat. Ini membawa kita pada peran potensial Indonesia dalam BRICS.

 

3. Indonesia dan Prospek Bergabung dengan BRICS

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah menunjukkan ketertarikannya untuk bergabung dengan BRICS. Partisipasi Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, pada Oktober 2024, menunjukkan keseriusan Indonesia untuk mengeksplorasi peluang kerja sama dalam forum tersebut.

Ada dua alasan utama mengapa BRICS penting bagi Indonesia: pertama, membuka peluang kerja sama ekonomi dengan kekuatan ekonomi yang sedang bangkit, dan kedua, sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi Barat.

Bagi Indonesia, BRICS menawarkan peluang untuk mendiversifikasi mitra dagang dan investasi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Bergabung dengan BRICS akan memberi Indonesia akses lebih besar ke pasar negara-negara BRICS, seperti Tiongkok, India, dan Rusia, yang merupakan pasar besar untuk ekspor Indonesia. Selain itu, BRICS juga bisa menjadi sarana bagi Indonesia untuk terlibat dalam inisiatif global yang bertujuan menciptakan tatanan ekonomi dunia yang lebih seimbang, yang sejalan dengan peran Indonesia sebagai pemimpin Global South.

Namun, potensi bergabungnya Indonesia dengan BRICS juga menghadapi tantangan, terutama dari Amerika Serikat dan Eropa. Keterlibatan Indonesia yang lebih dalam dengan BRICS bisa dianggap sebagai pergeseran geopolitik ke arah Timur, yang mungkin memicu respons negatif dari Barat. Amerika Serikat dan Eropa mungkin memberlakukan tekanan diplomatik atau ekonomi terhadap Indonesia untuk mempertahankan pengaruh mereka. Di sisi lain, Indonesia perlu menjaga keseimbangan dalam kebijakan luar negerinya, dengan tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat sambil memperkuat perannya di BRICS.

 

4. Langkah Strategis untuk Indonesia

Jika Indonesia benar-benar ingin bergabung dengan BRICS, Pemerintah perlu mengambil beberapa langkah strategis:

Evaluasi Manfaat Ekonomi: Pemerintah Indonesia perlu melakukan studi mendalam tentang potensi manfaat ekonomi dari bergabung dengan BRICS, termasuk peluang untuk memperluas perdagangan dan investasi dengan negara-negara BRICS. Diversifikasi mitra dagang akan membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada pasar Barat.

Diplomasi Cerdas: Indonesia harus menerapkan strategi diplomasi yang setara. Meskipun bergabung dengan BRICS, Indonesia tetap harus menjaga hubungan yang baik dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Eropa. Diplomasi yang cerdas diperlukan untuk menghindari tekanan dari kedua belah pihak.

Konsolidasi di Dalam Negeri: Pemerintah perlu menggalang dukungan domestik untuk keputusan ini, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan ekonom untuk membantu menciptakan konsensus yang lebih solid tentang peran Indonesia di BRICS.

Abaikan pandangan miring yang menyebut Indonesia sebagai budak kekuatan asing, atau tudingan bahwa negara ini menjadi antek “aseng” (China) dan “asing” (Barat). Jika ingin maju, berwibawa, dan bermartabat, Indonesia harus membangun kerja sama dan bermitra setara dengan semua negara, selama tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Selama kebijakan tersebut sesuai dengan hukum dan tidak melanggar Undang-Undang, kerja sama internasional dianggap sebagai langkah strategis memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

 

Kesimpulan

Aliansi Iran-Rusia dan potensi Indonesia bergabung dengan BRICS mencerminkan dinamika geopolitik global yang semakin kompleks. Iran dan Rusia terus memperkuat aliansi mereka dalam menghadapi tekanan dari Barat, sementara Indonesia berada di persimpangan penting dalam menentukan arah kebijakan luar negerinya. BRICS menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin Global South dan mendiversifikasi mitra ekonominya, tetapi juga membawa tantangan dari kekuatan Barat.

Bagi Indonesia, keputusan untuk bergabung dengan BRICS dipandang sebagai langkah politik strategis yang matang, dengan tetap menimbang manfaat ekonomi dan risiko geopolitik yang mungkin timbul. Di sisi lain, Iran dan Rusia perlu terus mengonsolidasikan aliansi mereka dan memperluas hubungan mereka dengan negara-negara berkembang untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. [PP/MT]

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *