Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

New York Times: Hamas Sulit Ditundukkan Lantaran Taktik Perang yang Digunakannya di Gaza

New York Times: Hamas Sulit Ditundukkan Lantaran Taktik Perang yang Digunakannya di Gaza

POROS PERLAWANAN– Mengutip dari para analis Zionis, harian New York Times pada Selasa 22 Oktober menyatakan, taktik gerilya Hamas di utara Gaza menyebabkan kelompok itu sulit dikalahkan.

Dilansir al-Alam, NYT dalam tulisannya membahas bagaimana seorang kolonel Israel bernama Ehsan Daqsa di utara Gaza. Menurut NYT, dengan memiliki pasukan dan logistik memadai, Brigade al-Qassam memainkan peran kuat di kawasan konflik. Sayap militer Hamas itu mampu menyeret Militer Israel dalam perang yang hingga saat ini tidak membawa kemenangan bagi Tel Aviv.

Dalam wawancara dengan NYT, para analis Israel menyatakan, para pejuang Hamas bersembunyi di gedung-gedung hancur dan jaringan terowongan bawah tanah; terowongan-terowongan yang masih tak tersentuh meski Militer Israel berusaha keras untuk menghancurkannya.

Anggota Hamas sekaligus analis politik yang tinggal di Istanbul, Salahudin al-Awadah mengatakan kepada NYT, pasukan Hamas bekerja dengan baik di medan perang. Mereka sulit dikalahkan, bukan hanya dalam jangka pendek, tapi juga jangka panjang.

“Setelah setahun pertempuran bersenjata, kemungkinan besar para pejuang Hamas kini bisa mengambil keputusan sendiri, alih-alih menerima instruksi dari sebuah struktur komando pusat. Hamas di musim panas juga telah merekrut pasukan baru. Meski jumlah dan kemampuan mereka belum diketahui,” tulis NYT.

“Hamas mendapat keuntungan dari mundurnya pasukan Israel dari berbagai titik di Gaza setelah mendudukinya dalam waktu singkat.”

Menurut NYT, hal ini memberi peluang kepada Hamas untuk kembali dan merekonstruksi diri. Dalam banyak kasus, ini membuat Militer Israel kembali menyerang kawasan-kawasan itu setelah beberapa bulan, bahkan pekan, untuk merebutnya kembali.

Harian AS ini berpendapat, ketiadaan strategi tepat di tengah pasukan Rezim Zionis memunculkan berbagai pertanyaan dari orang-orang Israel dan Palestina tentang alasan kembalinya Militer Zionis ke kamp pengungsi Jabalia.

Analis Israel, Michael Milstein mengatakan kepada NYT,”Kami menduduki sejumlah kawasan, kemudian meninggalkannya. Tindakan semacam ini menunjukkan bahwa kami terlibat perang yang ujungnya tidak bisa terbayangkan.”

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *