Mantan PM Israel: Musuh Kami Netanyahu, Bukan Iran dan Hizbullah!
POROS PERLAWANAN– Mantan PM Israel, Ehud Olmert pada Selasa malam 29 Oktober menyatakan,”Iran, Hizbullah, dan Hamas bukan musuh kami. Musuh kami adalah Netanyahu dan para ekstremis Israel.”
“Saya prihatin Netanyahu mengandalkan orang-orang ekstremis. Dia menutup mata dari tindakan-tindakan mereka yang tak bisa dibenarkan,” kata Olmert dalam wawancara dengan CNN, dilansir al-Alam.
Kendati Oimert tidak menyebut nama tertentu, namun sepertinya yang dimaksud olehnya adalah Menteri Keamanan Domestik, Itamar Ben-Gvir dan Menkeu Bezalel Smotrich. Para analis masalah Israel meyakini, Netanyahu tunduk kepada keputusan-keputusan dua Menteri radikal tersebut.
Netanyahu disebut khawatir jika Smotrich dan Ben-Gvir keluar dari Kabinet Aliansinya. Jika itu terjadi, Kabinet Netanyahu akan runtuh. Hal ini membuat Netanyahu mengikuti pandangan dua orang tersebut dalam banyak isu penting, termasuk penghentian perang, pertukaran tawanan, dan penghentian serangan ke Lebanon. Ben-Gvir dan Smotrich dikenal dengan sikap tidak manusiawi terhadap warga Palestina.
Beberapa bulan lalu, Hamas pernah merespons positif proposal gencatan senjata tiga tahap yang diajukan Presiden AS, Joe Biden. Meski begitu, para Menteri ekstremis Israel kembali mengancam Kabinet agar jangan menerima kesepakatan gencatan senjata.
Al-Mayadeen mengutip laporan media-media Ibrani bahwa Ben-Gvir dan Smotrich mengancam, jika proposal Biden terkait pertukaran tawanan disepakati, mereka akan membubarkan Kabinet.
“Proposal ini berarti kemenangan bagi orang-orang Palestina. Ini adalah ancaman keamanan bagi Israel,” ujar Ben-Gvir.
“Diterimanya proposal ini bukanlah ‘kemenangan mutlak,’ tapi ‘kekalahan mutlak.’ Kami tidak akan membiarkan perang dihentikan tanpa menghancurkan Hamas sepenuhnya.”
Ia menegaskan, jika Netanyahu menyetujui proposal yang diajukan Biden, kami akan menggulingkan Pemerintah.
Biden melalui akunnya di medsos X mengunggah rincian proposal 3 tahap gencatan senjata. Ia mengaku bahwa proposal ini telah diserahkan kepada Hamas.
Tahap pertama mencakup gencatan senjata penuh, keluarnya pasukan Israel dari kawasan padat penduduk Gaza, pembebasan sejumlah tawanan dan pengembalian beberapa jasad mereka, kepulangan warga sipil Palestina ke rumah mereka, dan penambahan bantuan kemanusiaan.
Tahap kedua meliputi penghentian permanen konflik, kesepakatan pembebasan tawanan yang tersisa, dan hengkangnya pasukan Israel dari Gaza.
Dalam tahap ketiga, proyek utama adalah merekonstruksi Gaza dan mengembalikan jasad para tawanan kepada keluarga mereka.