Sayyid Hasyim al-Haidari Sebut Sistem Republik Islam sebagai ‘Pilar Perlawanan’
POROS PERLAWANAN – Menukil laporan Farsnews pada Rabu 30 Oktober, dalam sebuah acara yang diadakan untuk mengenang para syuhada Perlawanan, Sekretaris Jenderal Gerakan Ahdullah Irak, Sayyid Hasyim al-Haidari menegaskan posisi penting Republik Islam Iran dalam perlawanan terhadap kekuatan dunia.
Sayyid Al-Haidari menyatakan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh Republik Islam dan sistem Velayat-e Faqih adalah tekanan dari kekuatan imperialis global. “Saat ini, adalah kewajiban yang mendesak bagi kita untuk secara terbuka membela dan mendukung Velayat-e Faqih serta Republik Islam. Tanpa adanya Republik Islam, Hizbullah tidak akan pernah ada,” ungkap al-Haidari dalam pidatonya yang berlangsung di kompleks Masjid Jamkaran, Qom, Iran.
Sayyid Al-Haidari mengangkat sosok Sayyid Hasan Nasrallah sebagai teladan dalam pergerakan perlawanan di dunia Islam. Ia menjelaskan bahwa Syahid Nasrallah dikenal sebagai pemimpin Perlawanan dan merupakan murid yang taat dari sistem Velayat-e Faqih.
“Fondasi pergerakan Sayyid Hasan adalah ketaatan kepada Pemimpin Tertinggi, Ayatullah Khamenei,” tambahnya, menekankan bahwa beberapa pihak hanya melihat Pemimpin Tertinggi sebagai pemimpin Iran semata, padahal dalam pandangannya, Imam Khamenei adalah wakil Imam Mahdi (a.s), pemimpin umat Muslim di seluruh dunia, serta pemimpin Republik Islam Iran.
Lebih jauh, Sayyid al-Haidari mengungkapkan rasa kekagumannya terhadap Sayyid Hasan Nasrallah, dengan menyatakan bahwa ia tidak pernah menemukan sosok yang sebanding dalam hal cinta, iman, dan ketaatan kepada Velayat-e Faqih.
“Meskipun Sayyid Nasrallah adalah orang Lebanon, beliau menganggap Republik Islam sebagai kehormatan dan identitasnya. Republik Islam adalah pengalaman pertama dalam penerapan Pemerintahan Islam dan Pemerintahan Velayat-e Faqih yang lahir dari Revolusi Imam Khomeini (r.a),” jelasnya.
Dalam pidatonya, Sayyid al-Haidari juga mencatat bahwa Sayyid Hasan Nasrallah sangat bangga menjadi bagian dari partai yang mendukung Velayat-e Faqih. Ia mengingatkan kepada para ulama, khatib, dan penceramah tentang pentingnya kecermatan dalam memahami situasi, mengenali musuh, serta pentingnya visi dan waktu, yang semuanya merupakan keahlian penting dalam menghadapi tantangan perang hibrida saat ini.
Di akhir pernyataannya, Sayyid al-Haidari menekankan bahwa dunia Islam saat ini sangat membutuhkan dukungan terhadap Republik Islam. Ia mengingatkan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh kekuatan dunia adalah Republik Islam dan sistem Velayat-e Faqih, menegaskan pentingnya membela dan mendukung keduanya. “Sistem ini adalah Pilar Perlawanan; tanpa adanya Republik Islam, Hizbullah tidak akan ada,” tutupnya.