Loading

Ketik untuk mencari

Iran

Cucu Imam Khomeini: Berapa Orang Lagi Harus Dikorbankan Agar para Penguasa Arab Putus Hubungan dengan Israel?

Cucu Imam Khomeini: Berapa Orang Harus Dikorbankan Agar para Penguasa Arab Putus Hubungan dengan Israel?

POROS PERLAWANAN– Dalam acara yang dihadiri para Ketua Divisi Budaya masjid-masjid Sunni di Iran pada Rabu 18 September, Sayyid Hasan Khomeini menyinggung salah satu wasiat Amirul Mukminin a.s. dalam “Nahj al-Balaghah”.

“Imam Ali a.s. berpesan agar Muslimin saling menjalin hubungan, saling memberi, dan tidak melupakan sesama Muslim. Orang-orang di tengah masyarakat Islam harus waspada agar tidak saling mengabaikan satu sama lain. Tidak ada isu yang lebih penting dari ini di tengah Umat Islam. Barometer persatuan di Dunia Islam saat ini adalah isu Palestina,” kata cucu Imam Khomeini tersebut, ISNA melaporkan.

Ia menyinggung teror siber yang dilakukan Israel terhadap warga Lebanon pada Selasa lalu, yang menyebabkan penyeranta mereka meledak dan menimbulkan korban jiwa serta luka. Sayyid Hasan menyatakan bahwa peristiwa pahit itu menimpa orang-orang Syiah.

“Namun orang-orang Syiah ini berjuang demi membela bangsa Palestina yang bermazhab Sunni. Simbol persatuan di tengah Umat Islam adalah isu Palestina. Andai Rasulullah s.a.w berada di tengah kita hari ini, beliau akan menegur kita karena tidak punya kepedulian untuk membela pria, wanita, dan anak-anak di negeri kecil ini di hadapan kezaliman Rezim Pendudukan, yang bahkan tidak menghormati aturan mereka sendiri.”

“Muslimin sendiri tidak sedikit, tapi mereka juga memiilki banyak musuh. Dalam kondisi ini, sebuah kawasan yang luasnya separuh kota Teheran dibombardir siang-malam selama 1 tahun terakhir. Persatuan berarti bahwa hari ini peristiwa-peristiwa tersebut tidak seharusnya terjadi. Bohong jika masing-masing dari kita secara lahiriah mengikuti mazhab kita. Sebenarnya kita hanya mengikuti egoisme diri sendiri. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Gaza adalah akibat perselisihan di tengah kita. Tentu saya tidak akan menyebut salah satu pihak bersalah dan yang lain tidak bersalah.”

Sayyid Hasan menyinggung istilah “Syiah Inggris dan Sunni Amerika” yang dipopulerkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei. Ia mengatakan, ”Keuntungan dari perselisihan (Umat Islam) ini diperoleh pihak lain. Di masa ISIS merajalela, orang-orang Zionis hidup dengan nyaman. Setelah itu, mereka bekerja sama dengan para penguasa Arab untuk membuat Kesepakatan Abraham. Berapa orang lagi yang harus terbunuh supaya para penguasa Arab memutus hubungan mereka dengan Israel?”

Cucu pencetus Revolusi Islam Iran itu lalu menyinggung ucapan Ayatullah Ali Sistani yang menyebut Syiah dan Sunni sebagai “satu jiwa”.

“Persatuan bisa diwujudkan ketika kedua belah pihak saling mengulurkan tangan persahabatan dan persatuan. Jangan takut akan syahadah. Ada perang Badr (kemenangan) dan perang Uhud (kekalahan) dalam setiap perang. Kadang orang seperti Sayyidina Hamzah juga gugur dalam perang,” tandasnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *