Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Erdo-Gone!

POROS PERLAWANAN – Sosok yang konon dijuluki “singa podium”, kembali mengaum—namun sayangnya, hanya di panggung yang aman. Dengan wajah penuh semangat, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ). Akan tetapi, jangan keburu kagum dulu, karena pemerintahnya tak kunjung mengambil langkah resmi. Sementara itu, hubungan dagang Turki dengan Israel? Oh, mereka seperti pasangan bahagia, tetap mesra meski lewat pintu belakang.

Ingat tahun lalu ketika Erdogan dengan gagah berkata, “Kami akan datang tiba-tiba, suatu malam,” seolah-olah Turki bakal menyergap Israel dalam kegelapan malam. Nyatanya, yang datang tiba-tiba bukan pasukan Turki, melainkan transaksi dagang yang makin subur lewat negara ketiga. Kesan anti-Israel? Hanya sebatas kata-kata berapi-api di podium, bikin publik senang, tapi di balik layar, ekspor jalan terus.

Tak ketinggalan, para pejabat Ankara ikut-ikutan. Mereka dengan suara fals berseru, mengutuk “rezim Zionis” dan menyatakan dukungan penuh untuk Palestina. Lucu, ya? Sebab ketika asap mulai membubung di Gaza, respons Ankara hanyalah seruan agar kedua belah pihak “menahan diri.” Menahan diri? Sementara Erdogan bersikeras bahwa Hamas bukan teroris, rakyat Gaza terus jadi korban. Seolah-olah retorika moral Erdogan cukup untuk menebus darah yang tumpah.

Ingat Davos 2009? Itu momen emas Erdogan, saat dia memarahi Shimon Peres, menyebut Israel sebagai “pembunuh anak-anak”. Wah, publik Turki pasti bangga saat itu. Sayang, narasi heroik tersebut kini tak lebih dari strategi yang basi, digunakan untuk mempertahankan citra di tengah perdagangan yang menguntungkan.

Lalu datanglah aksi besar pro-Gaza yang diatur setelah 21 hari serangan Israel ke Gaza. Publik Turki mungkin berpikir ini langkah nyata. Sayangnya, mereka tak tahu, unjuk rasa hanyalah selingan. Hubungan dagang dengan Israel terus berjalan mulus. Kalau ada yang berharap Erdogan akan memutuskan hubungan dagang dengan Israel? Ah, silakan bermimpi! Buktinya, pada 2023, angka perdagangan Turki-Israel mencapai $6,8 miliar. Hebat, kan?

Ketika kritik datang dari kanan dan kiri, Erdogan dan partainya dengan santai menjawab, “Oh, itu urusan bisnis, tak ada kaitannya dengan politik.” Sungguh luar biasa bagaimana pemisahan urusan dilakukan dengan teliti. Terlihat tegas di podium, namun di balik layar? Kapal-kapal Turki setiap hari berlayar ke Israel, penuh dengan produk ekspor.

Puncaknya, ketika Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) kalah dalam Pemilu daerah 2023, tiba-tiba ada angin perubahan. Lembaga-lembaga Islam mulai menjauh dari Erdogan, dan Partai Kesejahteraan Baru pimpinan Fatih Erbakan mengutuk keras kebijakan Erdogan terhadap Palestina. Tapi tenang saja, Erdogan tetap konsisten—konsisten tidak memutus hubungan dagang dengan Israel, tentu saja. Bahkan setelah pengumuman besar bahwa perdagangan akan dihentikan pada Mei 2024, aliran dagang melalui negara ketiga terus berlanjut, lengkap dengan segala tipu muslihat diplomasi dagang.

Contoh paling segar? Pada Juni 2024, perdagangan Turki-Palestina melonjak menjadi $61,28 juta, dan bulan berikutnya mencapai $128,89 juta. Hebat, ya? Palestina jadi dalih di atas kertas, tetapi kapal-kapal yang seharusnya menuju Palestina malah berlabuh di Tel Aviv. Ah, betapa indahnya fleksibilitas geopolitik!

Dan jangan lupakan soal pangkalan militer. Pangkalan udara Incirlik dan sistem radar Kürecik, dua aset Turki yang memainkan peran penting dalam upaya militer Israel. Terima kasih, Erdogan, karena dengan bantuan diam-diammu, operasi militer Israel di Gaza berjalan lancar. Sementara rakyat Turki protes, Erdogan dan kawan-kawan memilih tutup telinga, membiarkan aliran senjata AS ke Israel terus berlanjut. Sebuah aksi yang… sangat tegas? Oh, tentu saja.

Begitu pula dengan ekspor minyak Azerbaijan ke Israel melalui pelabuhan Ceyhan di Turki. Protes masyarakat? Tidak usah khawatir, mereka tidak dihiraukan. Bahkan, beberapa kapal kargo yang seharusnya menuju Yordania, anehnya berakhir di pelabuhan Haifa, Israel. Coincidence? Mungkin, jika kita percaya pada keajaiban logistik.

Seperti halnya mantan Presiden AS, Donald Trump yang terkenal dengan ribuan kebohongannya, Erdogan tak mau kalah. Sang pemimpin Turki ini tampaknya senang berjanji akan menggugat Israel di ICJ, meski belum ada bukti nyata hingga saat ini. Bahkan saat di pertemuan NATO, Erdogan dengan lantang mengatakan akan membawa isu Palestina ke meja dunia. Namun, sayangnya, yang ia bawa hanya omong kosong.

Tentu saja, kebohongan ini makin menarik ketika Erdogan mengeklaim bekerja sama dengan Afrika Selatan untuk mengajukan gugatan genosida terhadap Israel. Wah, kolaborasi internasional yang keren, bukan? Eit, tunggu dulu, Afrika Selatan sendiri sudah mengajukan gugatan itu sejak awal tahun tanpa ada tanda-tanda Turki ikut serta. Klaim Erdogan? Ya, itu hanyalah salah satu lagi dari banyak kebohongan yang disajikan untuk konsumsi politik domestik.

Jadi, inilah Erdogan yang sebenarnya. Pemimpin yang bicara soal keadilan, solidaritas, dan moral tinggi di atas panggung dunia, tetapi di belakang layar, ia memainkan permainan dagang yang licik, tanpa ragu-ragu menjalin hubungan erat dengan pihak yang sama ia kecam. Sementara rakyat Palestina terus menderita, Erdogan dan rezimnya tampak nyaman menari di atas kontradiksi.

Ala kulli hal, sesungguhnya, dunia tak kekurangan orator handal. Namun yang sejatinya kita butuhkan adalah pemimpin yang berani melangkah lebih dari sekadar berteriak dari atas mimbar atau mengaum di atas podium. [PP/MT]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *