Loading

Ketik untuk mencari

Lebanon

Hizbullah: Kelanjutan Campur Tangan AS Jelang Pilpres Lebanon Perburuk Keadaan dan Bahayakan Persatuan Nasional

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, pejabat senior Hizbullah, Sheikh Nabil Qaouk mengecam Amerika Serikat karena ikut campur dalam urusan dalam negeri Lebanon, dengan mengatakan bahwa campur tangan Washington yang tak henti-hentinya telah memperumit situasi di lapangan dan meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan kekosongan presiden di negara Arab itu.

Berbicara pada sebuah upacara di desa Lebanon selatan Maroun el-Ras pada Senin, Sheikh Nabil Qaouk mengatakan bahwa Amerika sedang mencari seorang presiden (boneka) di Lebanon yang ingin menciptakan “tantangan baru”.

“Ini (yang terjadi) sementara bangsa Lebanon menginginkan seseorang (presiden) terpilih yang dapat menyelamatkan negara, menangani krisis dan masalah yang sedang berlangsung, dan mengatasi penderitaan rakyat sipil yang tidak dapat lagi mentolerir status quo,” kata Sheikh Qaouk, seorang Anggota dan Wakil Kepala Dewan Eksekutif Hizbullah.

“Intervensi AS dalam semua perkembangan politik Lebanon dan kebijakannya yang suka campur tangan mengenai pemilihan presiden yang akan datang dan pembentukan pemerintahan baru sebenarnya memperburuk keadaan, dan secara serius membahayakan persatuan nasional,” katanya.

Sheikh Qaouk juga mencatat bahwa front Perlawanan memainkan peran yang menentukan dalam memulihkan hak-hak bangsa Lebanon, demarkasi perbatasan laut dengan rezim Israel, dan membela martabat nasional Lebanon dan sumber daya alam dalam menghadapi plot ambisius Israel.

Pejabat tinggi Hizbullah itu mengatakan bahwa Poros Perlawanan semakin kuat secara militer dan politik sementara musuh-musuhnya menurun.

Sheikh Qaouk juga mengatakan bahwa politisi dan partai politik tertentu di Lebanon mencoba mengkhianati Gerakan Perlawanan Lebanon.

Lebanon telah terperosok dalam krisis ekonomi dan keuangan yang mendalam sejak akhir 2019. Krisis tersebut merupakan ancaman paling serius bagi stabilitas negara itu sejak perang saudara 15 tahun yang berakhir pada 1990.

Krisis ekonomi dan keuangan sebagian besar terkait dengan sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Lebanon serta intervensi asing dalam urusan dalam negeri negara Arab tersebut.

Menambah kesengsaraan, Arab Saudi telah memberlakukan sanksinya sendiri, termasuk melarang warganya bepergian ke Lebanon di mana elemen-elemen yang didukung Riyadh telah berebut posisi.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *