Loading

Ketik untuk mencari

Yaman

Institut AS: Ma’rib akan Jatuh ke Tangan Houthi, AS Tak Tahu Harus Berbuat Apa

Institut AS: Ma’rib akan Jatuh ke Tangan Houthi, AS Tak Tahu Harus Berbuat Apa

POROS PERLAWANAN – Kemajuan-kemajuan di lapangan yang diraih Tentara dan Komite Rakyat Yaman di Provinsi Ma’rib, juga pembebasan Provinsi al-Baidga, telah mendorong para analis mengkaji tindakan para pemain di Yaman, serta memprediksi perkembangan politik dan lapangan negara itu.

Dikutip Fars dari AGSIW 9Arab Gulf States Institute in Washington), kelompok Houthi disebut akan mengambil alih kendali Ma’rib, yang merupakan basis utama Pemerintah pro-Riyadh di Yaman.

Menurut AGSIW, Joe Biden dilantik sebagai Presiden AS pada Januari lalu dan dikabarkan bertekad untuk mengakhiri perang di Yaman. Di Pemerintahan Biden terdapat sebagian orang yang pernah memiliki wewenang di Pemerintahan Obama. Mereka menilai bahwa keputusan Obama untuk terlibat dalam perang Yaman sebagai kesalahan. Sampai-sampai salah satu pejabat Pemerintahan Obama menyatakan, dukungan untuk Saudi di perang Yaman seperti “menaiki kendaraan yang dikemudikan sopir mabuk”.

Institut ini menilai perang Yaman sebagai sebuah bencana di semua aspek. Saudi dan UEA, yang notabene adalah sekutu AS, dituding telah menyiksa tahanan di Yaman, melancarkan serangan udara atas warga sipil, dan menciptakan “krisis kemanusiaan terburuk di dunia”.

Dua pekan setelah memulai tugas, Pemerintahan baru AS merasa perlu mengubah kebijakan-kebijakannya. Biden di pidato pertamanya tentang kebijakan luar negeri berjanji, ia akan mengakhiri semua bentuk dukungan Washington untuk operasi ofensif di Yaman, termasuk penjualan senjata.

Di hari yang sama, Timothy Linderking diangkat sebagai Utusan Washington ke Yaman. Esok harinya (5 Februari) Pemerintahan Biden memberi tahu Kongres bahwa Ansharullah dihapus dari Daftar Kelompok Teroris, setelah sempat dicantumkan oleh Donald Trump.

Di bagian lain laporannya, AGSIW menyatakan bahwa perkembangan cepat di Ma’rib membuat AS berada di posisi sulit, sehingga praktis tidak tahu apa yang mesti dilakukannya.

AGSIW mengakui, Washington tidak punya pengaruh atas Houthi. Sanksi atas kelompok ini juga tidak efektif. Statemen-statemen bernada keras AS dan PBB juga tidak dihiraukan. Di saat partisipasi militer langsung AS di perang Yaman gagal, kelompok Houthi tidak melihat alasan untuk menyerah atau berunding.

Di akhir laporan, AGSIW berpendapat bahwa AS dalam menyikapi isu Ma’rib tak punya pilihan selain meminta bantuan Iran untuk meyakinkan Houthi menghentikan operasi militer di Ma’rib. Namun AGSIW menegaskan, ini tidak berarti bahwa Houthi akan mendengarkan saran dari pihak-pihak lain.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *