Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Kisah Tragis Ayah Palestina yang Anaknya Ditembak Israel 23 Tahun Silam

Kisah Tragis Ayah Palestina yang Anaknya Ditembak Israel 23 Tahun Silam

POROS PERLAWANAN – Tanggal 30 September bertepatan dengan gugurnya Muhammad al-Durrah, bocah Palestina berumur 11 tahun di Gaza. Dia syahid setelah ditembak serdadu Israel di hadapan kamera media dan mata warga dunia.

Dilansir al-Alam, ayah Muhammad, Jamal al-Durrah menceritakan apa yang terjadi pada hari itu di awal Intifada II di Gaza. Ia mengatakan, ”Hari itu saya dan Muhammad pergi ke pasar mobil di Gaza. Saya adalah penduduk di kamp pengungsi al-Buraij yang tidak jauh dari Gaza. Muhammad sangat gembira karena kami akan membeli mobil. Namun kami tidak berhasil membelinya.”

“Kami lalu pulang ke arah kamp. Di tengah perjalanan, sejumlah pemuda Gaza menutup jalan Salahudin. Kami turun dari mobil dan mengambil jalur lain untuk menghindari tempat konfrontasi. Saat tiba di persimpangan al-Bulis al-Haribi, tiba-tiba kami dihujani tembakan peluru Tentara Israel, sehingga kami tidak bisa menuju ke rumah, juga tidak bisa kembali.”

“Kami terpaksa bersembunyi di sebuah tempat. Awalnya saya menyangka mereka tidak menembaki kami. Namun perlahan saya menyadari bahwa kami adalah target mereka. Hujan tembakan sangat massif dan berlangsung hingga 45 menit.”

“Saat Tentara Israel menembaki kami, Muhammad bertanya kenapa kami ditembaki? Dia bertanya hingga 3 kali, tapi saya tidak bisa menjawabnya.”

“Satu-satunya yang saya pikirkan adalah melindungi putra saya. Tiba-tiba ia berteriak. Sebuah peluru mengenai lututnya. Ia berteriak beberapa kali bahwa ia terkena tembakan. Saya berkata kepadanya, ’Jangan takut. Ada ambulans di sana yang akan membawa kita ke rumah sakit’.”

“’Tak usah khawatir. Aku tidak takut. Aku kuat dan bisa bertahan’, kata Muhammad. Saya berusaha melindunginya semampu saya. Namun saya juga terkena tembakan. Saat itu, saya berpaling kepada Muhammad dan melihatnya sudah terbujur tak bernyawa di kaki kanan saya. Saya melihat lubang besar di pinggangnya yang mengeluarkan banyak darah. Saya sadar ia telah gugur.”

Kejahatan Israel di hari itu sangat mengguncangkan, sehingga tanggal 30 September dideklarasikan sebagai Hari Solidaritas untuk Anak dan Remaja Palestina.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *