Mantan Komandan AU Israel: Kemampuan Mumpuni Hizbullah Bikin Kami Lelah Hadapi Pola Serangan Rumit dan Berubah-Ubah
POROS PERLAWANAN – Mantan Komandan Angkatan Udara Israel, Brigadir Jenderal Cadangan Ilan Biton menyampaikan kekhawatiran yang mendalam terkait ancaman berkelanjutan dari Hizbullah. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan saluran berita Israel, i-News, Biton menjelaskan bahwa Hizbullah masih memiliki kemampuan tempur dasar yang kuat, terutama dalam hal rudal. Menurutnya, organisasi tersebut sengaja menciptakan ketegangan dengan memanfaatkan perubahan pola serangan yang rumit untuk melemahkan Israel secara perlahan.
“Saat ini, sirene peringatan di utara telah menjadi rutinitas pagi yang penuh ketegangan. Hizbullah ingin melelahkan kita dengan cara ini, membuat kita beradaptasi dengan pola serangan yang tidak terduga dan berubah-ubah,” ujar Biton. “Mereka memiliki kemampuan intelijen yang mumpuni dan strategi yang terencana dengan baik dalam menentukan kapan, di mana, dan berapa banyak rudal yang akan mereka luncurkan.”
Biton menambahkan bahwa ancaman Hizbullah tidak lagi terbatas pada wilayah utara saja, tetapi berpotensi menyebar ke seluruh Israel. Menurutnya, kemampuan Hizbullah dalam memanfaatkan rutinitas dan intelijen adalah bagian dari strategi untuk membuat Israel dalam kondisi siaga terus-menerus, sehingga memengaruhi stabilitas mental dan fisik warga maupun tentara Israel.
Hizbullah Pulih dan Kembali Normal
Selain komentar dari Brigadir Jenderal Biton, Mayor Jenderal Israel Ziv, seorang perwira cadangan lainnya, turut mengungkapkan bahwa Hizbullah kini berada pada kondisi yang stabil meski pernah menerima tekanan berat dalam konflik-konflik sebelumnya.
“Hizbullah telah pulih dari pukulan yang pernah diterimanya dan kembali ke kondisi normal. Mereka lebih siap dan mampu beradaptasi dengan situasi saat ini,” jelas Ziv.
Dalam analisis yang disampaikan, Kolonel Jack Neria, perwira cadangan di Angkatan Bersenjata Israel, menjelaskan bahwa para pejuang Hizbullah kini memperlihatkan taktik yang terencana untuk menghadapi Israel.
“Pejuang Hizbullah di Lebanon sengaja memberikan ruang bagi pasukan Israel untuk maju, agar mereka bisa menyerang dan menyergap di waktu yang tepat,” ujar Neria.
Israel Akui Situasi yang Sulit di Utara
Media Israel pun mengakui bahwa kondisi di wilayah utara sangat menantang dan mengakibatkan Israel harus membayar harga yang sangat tinggi, baik secara moral maupun finansial. Ketegangan yang terus meningkat membuat warga di perbatasan hidup dalam kondisi ketidakpastian yang berkepanjangan, sementara militer harus menanggung beban besar untuk menjaga stabilitas dan keamanan wilayah tersebut.
Situasi ini diperkirakan akan berlangsung lama, seiring dengan strategi Hizbullah yang tampaknya ingin menguras energi Israel dalam jangka panjang. Dengan ancaman yang semakin meluas, pihak militer Israel harus menghadapi tantangan dalam mempertahankan keamanan nasional, di tengah tekanan yang intens dari serangan dan taktik gerilya yang dijalankan oleh Hizbullah.
Perkembangan ini menandakan bahwa upaya stabilitas di wilayah perbatasan mungkin akan terus menjadi agenda utama dalam kebijakan pertahanan Israel, khususnya untuk mengantisipasi langkah-langkah tak terduga dari kelompok Perlawanan Lebanon.