Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Palestina

Menghitung Kekalahan Rezim Zionis Israel dalam Pertempuran di Gaza

POROS PERLAWANAN – Dilansir Mehrnews, Operasi Badai Al-Aqsa menjadikan isu Palestina sebagai isu pertama tidak hanya dunia Islam, namun juga salah satu isu global. Operasi ini juga mengingatkan media dan politisi untuk memperhatikan hak negara Palestina dan pendudukan rezim Zionis.

Badai Al-Aqsa memberikan pukulan besar terhadap keamanan, ekonomi dan wibawa global rezim Zionis. Besarnya dampak dan konsekuensinya akan terungkap lebih lanjut pada akhir Badai Al-Aqsa dan perkembangannya.

Dampak operasi Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober dan agresi rezim Zionis terhadap perekonomian dan keamanan dalam negeri dalam 50 hari terakhir sangatlah besar, yang akan dibahas di bawah ini:

Membunuh orang-orang Palestina yang tidak bersalah harus dibayar mahal

Zionis berasumsi bahwa dengan pengeboman paling brutal sejak Perang Dunia Kedua di separuh wilayah seluas 360 kilometer persegi, mereka bisa memaksa rakyatnya untuk menerima tuntutan musuh dan meninggalkan Tanah Airnya. Namun faktanya, mereka tidak hanya gagal menghancurkan tekad masyarakat di dua provinsi utara Jalur Gaza, bahkan mereka juga tidak berhasil menyerang kekuatan militer Hamas.

Netanyahu akhirnya terpaksa menerima gencatan senjata karena tekanan opini publik global dan kurangnya pencapaian setelah 45 hari pengeboman, pembunuhan, dan perang darat. Gencatan senjata tersebut bersifat sementara untuk saat ini dan telah berlangsung selama 6 hari.

Dampak ekonomi dari rezim Zionis adalah isu penting lainnya yang diangkat secara lebih terbuka dan transparan di media Zionis dalam beberapa minggu terakhir.

Sebuah surat kabar Israel menulis dalam sebuah catatan: “Israel saat ini berperang di 7 front berbeda: yang pertama di front Gaza, yang kedua di Tepi Barat, yang ketiga di front utara melawan Hizbullah, yang keempat di front Yaman, yang kelima adalah pertukaran tahanan dengan Hamas, yang keenam adalah perekonomian Israel yang sedang terpuruk dan yang ketujuh adalah PBB dan opini publik dunia.”

Keruntuhan ekonomi adalah kata kunci Zionis yang paling sering diulang-ulang

Tingkat inflasi di wilayah Palestina yang diduduki meningkat dari 3,7% menjadi 5% dalam waktu singkat menunjukkan dampak Operasi Badai Al-Aqsa terhadap perekonomian rezim Zionis.

Militer kriminal Zionis yang mengorganisi ratusan penerbangan mahal siang dan malam untuk menyerang Gaza, dan mengerahkan lebih dari 300.000 pasukan keamanan telah menghadapi tekanan ekonomi yang parah.

Kementerian Keuangan Zionis mengumumkan bahwa biaya harian perang tersebut adalah sekitar 270 juta Dolar pada akhir Oktober. Angka ini berarti lebih dari 8 miliar Dolar per bulan, sedangkan anggaran tahunan Kementerian Perang yang diumumkan adalah sekitar 24 miliar Dolar. Hal ini menjadi sumber konflik internal dan menyebabkan rezim Zionis mulai merevisi anggaran tahun 2023.

Salah satu alasan tingginya biaya perang bagi Zionis adalah pemanggilan pasukan cadangan. Untuk pertama kalinya setelah Perang Enam Hari pada 1967, Tel Aviv mengerahkan seluruh pasukan cadangan yang telah menimbulkan banyak kerugian langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian karena berada di lapangan dan meninggalkan pekerjaan utama mereka.

Surat kabar ekonomi Zionis “Marker” telah menulis tentang analisisnya terhadap perang yang menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi rezim Zionis hanya akan mencapai 2 persen tahun ini, sedangkan penilaian sebelumnya menunjukkan 3,4 persen.

Kekhawatiran tentang masa depan perang dan kelanjutannya

Perang di Gaza yang berkepanjangan hingga lebih dari 50 hari, yang merupakan perang terpanjang dalam sejarah Zionis setelah deklarasi kemerdekaan pada 1948, telah mengubah dampak ekonomi menjadi tantangan yang serius.

Perusahaan konsultan ekonomi “Leader Capital Market” yang berbasis di Tel Aviv melaporkan pekan lalu bahwa biaya operasi militer rezim Israel di Jalur Gaza kemungkinan akan mencapai 48 miliar Dolar.

Selain itu, perlu dicatat bahwa 14% dari seluruh karyawan di rezim Zionis bekerja di bidang yang berkaitan dengan teknologi. Sektor teknologi adalah salah satu pilar utama perekonomian Israel, dan perusahaan teknologi global juga merupakan bagian darinya: misalnya, Microsoft, Google, dan Apple memiliki pusat penelitian dan pengembangan di wilayah pendudukan. Tekanannya terlalu tinggi sehingga pekan lalu Microsoft memperingatkan bahwa masa depan teknologi di Israel terancam jika perang terus berlanjut.

Sektor Militer dan Keamanan runtuh

Salah satu biaya penting lainnya yang dikeluarkan Zionis terkait Operasi Badai Al-Aqsa adalah keruntuhan keamanan dan militer. Pusat Studi Keamanan Dalam Negeri rezim Zionis menulis dalam sebuah catatan: “Akhirnya, Hamas kembali memenangkan perang kognitif melawan Israel, dan ini merupakan pesan penting kepada bangsa Palestina dan pendukungnya mengenai stabilitas dan kepatuhannya terhadap kelanjutan pertempuran. Hamas sekali lagi berhasil mengejek dan memprovokasi Israel”.

Peristiwa 7 Oktober menimbulkan tanda tanya terhadap klaim dan strategi Zionis dalam mengendalikan Perlawanan dan Hamas.

Laporan Sky News juga mengungkapkan bahwa Militer Zionis, tidak seperti pertempuran sebelumnya dalam perang di Gaza saat ini, telah mengalami disintegrasi internal. Sedemikian rupa sehingga setidaknya 2.000 tentara menolak untuk terus berpartisipasi dalam perang saat ini dan melarikan diri, meski dipanggil ke medan perang.

Alasan keruntuhan internal dan militer ini sudah ada sejak sebelum peristiwa 7 Oktober. Seminggu sebelum operasi Hamas, Kepala Staf Militer Zionis, Herzi Halevi menekankan bahwa perpecahan politik internal telah menyebar ke lembaga militer dan rezim menghadapi bahaya perpecahan internal.

Jumlah korban tewas tentara Israel masih belum diketahui

Rezim Zionis mengeklaim bahwa sebelum dimulainya gencatan senjata, jumlah tentaranya yang tewas sejak 7 Oktober sekitar 60 orang dalam serangan darat di Gaza.

Kebanyakan pengamat menganggap jumlah korban tentara Zionis dalam pertempuran di Gaza jauh lebih tinggi. Mayor Jenderal Fayez Al-Dwairi, seorang pensiunan tentara Yordania mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera Qatar bahwa menurut laporan lapangan oleh pasukan Perlawanan, sekitar 3.185 tentara Zionis terbunuh dan terluka selama 22 hari serangan darat di Jalur Gaza.

Selain itu, sumber-sumber Perlawanan menganggap jumlah korban tentara Zionis dalam perang Gaza jauh lebih tinggi daripada angka resmi rezim, dengan adanya penguburan 50 tentara Zionis dalam satu hari dan disatu komplek permakaman saja menjadi bukti akan hal tersebut.

Korban jiwa dan kerugian ekonomi yang dikaji dalam laporan ini tidak termasuk kerugian peralatan lapis baja dan keamanan di Gaza dan perbatasan utara wilayah pendudukan. Menurut laporan, Zionis juga menderita banyak kerugian dalam hal peralatan militer namun dampak paling penting dari pertempuran di Gaza adalah pada masa depan rezim Zionis.

Kegagalan sosial, militer, dan ekonomi yang dihadapi rezim ini menunjukkan bahwa keadaan tidak akan sama seperti sebelum 7 Oktober 2023.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *