Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Pandangan Politik Sempit Saudi dalam Hubungan dengan Negara Tetangganya di Kawasan

Pandangan Politik Sempit Saudi dalam Hubungan dengan Negara Tetangganya di Kawasan

POROS PERLAWANAN – Dalam tiga tahun terakhir, Presiden AS terus memohon untuk berunding, walau secara tidak langsung, dengan Iran, namun Teheran menolaknya mentah-mentah. Namun di lain pihak, Iran mengulurkan tangan ke para tetangganya untuk berunding. Teheran berkali-kali mengutarakan kesiapan untuk berdialog dengan mereka, terutama Riyadh, demi menyelesaikan perselisihan.

Dilansir al-Alam, Jubir Kemenlu Iran pada hari Senin 20 Juli kembali menawarkan dialog kepada negara-negara tetangganya.

Dalam wawancara dengan IRNA, Abbas Mousavi mengatakan, ”Terkait Saudi, kami telah berulang kali mengumumkan upaya dan kebijakan prinsipil Iran. Sekarang tergantung kepada Pemerintah dan Pejabat Saudi bagaimana mereka menanggapi tawaran Iran untuk kerja sama dan dialog bilateral.”

Sayangnya, Saudi tidak memberikan tanggapan konstruktif terhadap tawaran dialog Iran. Bahkan dalam sebagian kasus, sembari menolak tawaran ini, Saudi justru melayangkan statemen pedas dan tidak realistis.

Muhammad bin Salman enggan berdialog dengan Iran karena alasan-alasan kemazhaban. Para petinggi Saudi, seperti mantan Menlu Adel al-Jubeir, meniru Mike Pompeo dengan mengajukan syarat ini dan itu jika Teheran ingin berunding dengan Riyadh.

Problem kebijakan luar negeri Saudi adalah pandangan politik yang sempit. Saudi melihat segalanya hanya berupa nol dan satu. Inilah yang menyebabkan Saudi jauh dari realisme politik.

Pemerintah Saudi saat ini hanya melihat warna hitam dan putih. Sebab itu, Riyadh menghadapi banyak krisis yang bahkan berdampak ke dalam negeri.

Sikap semacam ini bisa dilihat dalam hubungan Saudi dengan Irak, Lebanon, Suriah, dan Yaman. Saudi hanya melihat 2 opsi: ia menjadi pemain tunggal di lapangan, atau mengacaukan stabilitas negara-negara tersebut dan menolak solusi moderat.

Pemaksaan Saad al-Hariri untuk mundur dari jabatan Perdana Menteri Lebanon adalah contoh terbaik dalam hal ini. Rezim Saudi menentang pemerintahan baru Irak dan mengerahkan segala daya untuk mengembalikan Irak ke periode sebelum 2003.

Terkait Yaman, kita melihat bahwa Saudi tetap menolak solusi moderat, meski agresinya ke negara miskin itu sudah berlangsung lebih dari 5 tahun.

Saudi hanya mau berunding jika Ansharullah menyerah sepenuhnya. Riyadh sepertinya lupa bahwa ia memerangi semua rakyat Yaman, bukan hanya Ansharullah.

Sehubungan dengan tidak adanya warna abu-abu dalam kebijakan Saudi, para pengamat menilai bahwa ini disebabkan provokasi AS, atau karakteristik kebijakan Saudi sendiri. Sebagian lain berpendapat, hal ini disebabkan substansi kepribadian Putra Mahkota Saudi.

Dengan semua ini, negara-negara di Kawasan menantikan tanggapan Saudi atas tawaran dialog terbaru Iran. Mengingat perkembangan terbaru di negara monarki ini dan dirawatnya Raja Salman di rumah sakit, negara-negara di Kawasan berharap kali ini Saudi akan memberikan tanggapan yang berbeda dari sebelumnya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *