Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Slogan ‘Dua Muka’ Trump dan Pompeo: Bantu Pendemo Iran, Bunuh Pendemo AS!

Slogan 'Dua Muka' Trump dan Pompeo: Bantu Pendemo Iran, Bunuh Pendemo AS!

POROS PERLAWANAN – Kita semua masih ingat air mata buaya Donald Trump dan Mike Pompeo untuk para perusuh di Iran, yang dipekerjakan intelijen AS, Inggris, dan Israel dengan sokongan dana Saudi. Para perusuh ini disetir untuk membunuh pengunjuk rasa, serta menghina simbol-simbol suci agama dan pemimpin nasional.

Air mata buaya dua orang ini akhirnya berujung pada pemberlakuan sanksi atas Iran dan mayoritas pejabat Iran. AS berdalih, Otoritas Iran telah menghalang-halangi “kelompok revolusioner” dan “pencari kebebasan” untuk menyuarakan “aspirasi” mereka.

Tuduhan Iran bahwa para perusuh ini mendapat instruksi dan sokongan dana serta senjata dari segitiga AS-Israel-Saudi bukan tuduhan sembarangan. Segitiga Kejahatan ini telah berkali-kali mengancam akan mengobarkan kerusuhan dan perang di dalam wilayah Iran.

Video-video para antek tersebut saat menembaki aparat keamanan dan pengunjuk rasa telah dipublikasikan. Selain itu, mereka sendiri secara terbuka mengakui telah mendapatkan bantuan dana, dukungan politik dan media dari Segitiga tersebut.

Hari-hari ini, ratusan ribu warga AS, yang kebanyakan mereka berkulit hitam, turun ke jalanan untuk memprotes terbunuhnya George Floyd secara brutal di tangan polisi kulit putih. Mereka menuntut agar tindakan-tindakan rasis segera dihentikan. Namun si dungu Trump melalui cuitannya mengancam akan menembaki pengunjuk rasa. Ia juga menyebut mereka sebagai penjarah dan preman berandal.

Twitter menutup cuitan Trump tersebut, karena dinilai mendorong aksi kekerasan dan rasisme. Trump diperingatkan bahwa cuitannya adalah bentuk pemujaan terhadap kekerasan. Alih-alih sadar, Trump justru kian gelap mata.

Dalam cuitan lainnya, dia kembali mengulang ancaman penembakan terhadap pengunjuk rasa. Trump juga menuding Twitter menyudutkan Partai Republik dan kelompok sayap kanan. Dia mengancam Twitter dengan penghapusan kekebalan media-media sosial terhadap gugatan hukum.

Ancaman ini dilontarkan Trump kepada Twitter, padahal sebelum ini, dia telah menjatuhkan sanksi kepada Menteri Komunikasi dan Teknologi Iran, Mohammad Javad Azari Jahrami dan sejumlah pejabat lain dengan dalih dukungan terhadap kebebasan berpendapat.

Padahal pembatasan medsos saat terjadinya unjuk rasa di Iran hanya bersifat parsial dan sementara. Itu pun setelah terbukti adanya Segitiga Kejahatan dalam menyulut kerusuhan yang dilakukan antek-antek mereka.

Sudah tak ada lagi kekotoran Pemerintahan AS yang belum ditunjukkan Trump. Para presiden AS terdahulu berusaha menyembunyikan kekotoran ini di balik kemasan demokrasi. Namun pasca adanya instruksi Trump untuk menembaki pengunjuk rasa, tak ada lagi yang menganggap antek AS di negara lain sebagai “revolusioner” dan “penuntut kebebasan.”

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *