Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Terbukti Sukses Ubah Perimbangan, Hamas Paksa Uni Eropa Ubah Kebijakan

Terbukti Sukses Ubah Perimbangan, Hamas Paksa Uni Eropa Ubah Kebijakan

POROS PERLAWANAN – Begitu gencatan senjata di Gaza diumumkan, Kanselir Agung Jerman Angela Merkel mengumumkan persetujuannya untuk menjalin hubungan tidak langsung dengan Hamas. Ia menegaskan, ini adalah hal fundamental untuk mewujudkan gencatan senjata dengan Rezim Zionis.

“Hal ini tidak selamanya bisa dilakukan. Namun Hamas pasti harus diikutsertakan dengan cara apa pun, sebab gencatan senjata tak bisa diraih tanpa Hamas,” kata Merkel dalam rapat WDR Europaforum saat itu.

Pernyataan Merkel ini mengejutkan banyak pihak, karena Eropa sudah sejak lama menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

Dikutip Fars dari Arabi21, jurnalis spesialis urusan Eropa, Nasir Jabbarah mengatakan, ”Para pengamat dan jurnalis di Berlin dibuat syok oleh statemen Kanselir Agung ini. Ini adalah pandangan yang berada di luar bingkai aturan dan kebijakan luar negeri Jerman terkait konflik di Timteng.”

“Saya percaya, Eropa telah diyakinkan soal keharusan menyelesaikan konflik ini secara mendasar. Ini membutuhkan perundingan antara dua pihak. Sebab itu, Hamas harus disertakan dalam perundingan langsung atau tidak langsung,” imbuhnya.

Ia menegaskan, solusi fundamental untuk konflik adalah pencabutan blokade Gaza, rekonstruksi Gaza, dan fasilitasi kehidupan warga Palestina. Jabbarah menyatakan, Eropa berkali-kali mengatakan tak ada gunanya Gaza direkonstruksi, jika tiap terjadi konflik, Israel terus menghancurkannya.

Menurut Jabbarah, salah satu penyebab Eropa mengubah sikapnya adalah kemampuan faksi-faksi Palestina di Gaza dalam mengubah perimbangan. Mereka mengusung isu Quds dalam konfrontasi terbaru dan sukses memperoleh kemenangan spiritual bagi semua warga Palestina.

“Eropa tidak akan bertaruh pada kuda pecundang. Mereka melihat bahwa Hamas adalah organisasi politik terkuat di Palestina. Dengan demikian, wajar jika Eropa berunding dengan pihak yang lebih kuat, bukan pihak yang lemah, yaitu kubu Mahmoud Abbas (PNA) di Ramallah. Posisi PNA sangat lemah dan Eropa tahu bahwa rakyat Palestina tidak begitu menerimanya. Hal ini jelas terlihat dalam beberapa waktu terakhir. Di lain pihak, Eropa melihat pihak yang kuat adalah Hamas dan faksi-faksi Poros Perlawanan lainnya,” tandas Jabbarah.

Di akhir wawancara, Jabbarah menegaskan bahwa jangan dibayangkan konfrontasi saat ini terbatas antara Hamas versus Israel. Menurutnya, konfrontasi ini adalah sebuah pertempuran eksistensi antara semua warga Palestina melawan Rezim Zionis.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *