Loading

Ketik untuk mencari

Amerika Iran

The Economist: Kebijakan ‘Tekanan Maksimum’ Trump terhadap Iran Terbukti Tumpul dan Gagal dalam Berbagai Cara

The Economist: Kebijakan 'Tekanan Maksimum' Trump terhadap Iran Terbukti Tumpul dan Gagal dalam Berbagai Cara

POROS PERLAWANAN – Sebuah majalah Inggris dalam analisisnya menyatakan, kebijakan yang disebut “Tekanan Maksimum”, yang diterapkan Donald Trump atas Iran pasca keluarnya AS dari JCPOA, telah gagal dalam berbagai cara.

Dilansir Tasnim, majalah The Economist edisi Kamis 9 Juli membandingkan aksi-aksi untuk membatasi program nuklir Iran dengan butir-butir JCPOA. Pembandingan ini berdasarkan asumsi bahwa insiden di fasilitas nuklir Natanz didalangi oleh AS atau Israel.

“Aksi perusakan mungkin saja akan menunda program nuklir Iran hingga beberapa bulan ke depan. Namun ini tak bisa dibandingkan dengan kesepakatan (JCPOA) yang setidaknya akan membatasi program nuklir Iran selama 10 tahun. Berdasarkan JCPOA, Iran akan mengabaikan 97 persen dari bahan bakar uraniumnya dan menurunkan cadangan nuklirnya jauh lebih rendah dari batas minimal untuk membuat bom. Iran juga bersedia menerima inspeksi-inspeksi ketat. Bahkan AS sendiri mengakui Iran memenuhi komitmennya di JCPOA”, tulis The Economist.

“Sekarang coba bandingkan ini dengan hasil dari kebijakan ‘Tekanan Maksimum’ Trump. Kini Iran sudah memiliki 8 kali lipat dari batas pengayaan uranium yang diperbolehkan. Teheran juga enggan menerima inspeksi, dan terus menjauh setiap bulan dari kesepakatan yang berusaha diselamatkan pihak-pihak selain AS dengan susah payah”.

Hal yang dimaksud The Economist adalah tindakan Iran yang mengurangi sejumlah komitmennya di JCPOA, menyusul keluarnya AS dari kesepakatan ini dan tidak adanya komitmen yang dipenuhi negara-negara Eropa dalam JCPOA.

Dalam salah satu butir JCPOA disebutkan, masing-masing pihak dalam kesepakatan ini bisa mengurangi komitmennya jika pihak-pihak lain tak bersedia menjalankan komitmennya.

“Kebijakan Trump juga sudah gagal dengan cara-cara lain. Dia mengaku akan membuat kesepakatan baru yang bisa membatasi program nuklir Iran dan menghentikan dukungan Teheran terhadap milisi proksinya. Sebagian pihak di Kabinet Trump berusaha mengubah sistem pemerintahan Iran. Meski demikian, Iran menyatakan telah berhasil membangun kota rudal bawah tanah, serta melanjutkan petualangannya di Irak dan Suriah.”

“Kebijakan ‘Tekanan Maksimum’ mungkin akan mengubah susunan pejabat Iran, tapi tidak seperti yang diinginkan Washington. Sebab, sanksi-sanksi AS justru merugikan para politisi Iran yang pro-Barat,” lanjut The Economist.

Di akhir analisisnya, The Economist menyatakan Iran yakin bahwa Trump akan kalah dalam Pilpres AS pada November mendatang. Meski demikian, tindakan-tindakan Trump akan menyulitkan presiden masa depan AS untuk mengajak Iran berunding kembali.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *