Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Uni Eropa Desak Israel Akhiri Penahanan Tanpa Dakwaan terhadap Remaja Palestina yang Sakit Kritis

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Uni Eropa meminta rezim Israel untuk menghentikan pemenjaraan tanpa dakwaan terhadap seorang remaja Palestina yang sakit kronis di bawah kebijakan penahanan kontroversial, yang memungkinkan penahanan tanpa jangka waktu terhadap para tahanan berdasarkan “bukti rahasia”, yang baik tahanan maupun pengacaranya tidak diperbolehkan untuk melihat bukti tersebut.

Delegasi Uni Eropa untuk Palestina (DPAL) “turun ke Twitter” pada Selasa 18 Januari untuk mengecam praktik rezim Tel Aviv terhadap Amal Muamar Nakhleh yang berusia 17 tahun, kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan.

Delegasi tersebut menyatakan bahwa penahanan Nakhleh telah diperpanjang hingga 18 Mei. Ia ditahan oleh pejabat Israel sejak 19 Januari tahun lalu tanpa diberitahu tentang tuduhan terhadapnya.

“Penahanan Amal Muamar Nakhleh warga Palestina berusia 17 tahun diperpanjang hingga 18 Mei 2022. Dia telah ditahan secara administratif oleh otoritas Israel sejak 21 Januari 2021, dan sejauh ini menghabiskan hampir 1 tahun di penjara tanpa diberitahu tentang tuduhan terhadapnya.” —(@EUpalestinians) 18 Januari 2022

DPAL mengomentari kondisi medis serius Nakhleh, dengan mengatakan, “Dia menderita penyakit autoimun yang parah, dan pemenjaraan menimbulkan risiko yang signifikan bagi kesehatannya.”

“Di bawah hukum internasional, anak-anak dan hak-hak mereka harus dilindungi, dan penggunaan penahanan administratif tanpa tuntutan formal harus dihentikan,” simpulnya.

Badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA telah menuntut pembebasan segera Nakhleh dari penahanan administratif dengan alasan kemanusiaan yang mendesak, dan menyatakan sangat prihatin dengan penahanan sewenang-wenang terhadap anak di bawah umur.

Pasukan Israel pertama kali menangkap Nakhleh di Tepi Barat yang diduduki pada November 2020.

Keluarganya mengatakan bahwa Amal sedang keluar dengan teman-temannya setelah dia menjalani operasi untuk mengangkat massa kanker. Remaja tersebut menderita myasthenia gravis –penyakit neuromuskular yang langka.

Nakhleh dituduh melempari tentara Israel dengan batu, dan ditahan selama 40 hari. Dia kemudian dibebaskan oleh seorang hakim Israel.

Pada Januari tahun lalu, remaja Palestina yang sakit itu ditangkap kembali dan ditempatkan dalam penahanan administratif, yang kini telah diperpanjang lagi.

Baik Amal maupun keluarganya tidak mengetahui tuduhan terhadapnya dan telah diberitahu oleh otoritas Israel bahwa itu adalah “kasus administrasi rahasia”.

Penyakit autoimun parah Amal membutuhkan perawatan dan pemantauan medis berkelanjutan. Karena kondisi kesehatannya, ia tidak dapat divaksinasi COVID-19 dan harus mengonsumsi obat penekan kekebalan, yang berarti nyawanya berisiko tinggi jika ia tertular virus Corona.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *