Ya Trump, Ya Harris, Ya Sama Saja!
POROS PERLAWANAN – Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 5 November mendatang menghadirkan persaingan ketat antara Donald J. Trump, mantan presiden dari Partai Republik, dan Kamala Harris, wakil presiden dari Partai Demokrat. Kedua kandidat bersaing ketat di beberapa negara bagian utama, sementara sistem Electoral College yang unik di Amerika menambahkan lapisan kompleksitas pada hasil pemilu. Dalam sistem ini, presiden tidak dipilih secara langsung oleh rakyat, melainkan melalui 538 elektor dari seluruh negara bagian, yang dialokasikan berdasarkan populasi. Kandidat yang mengumpulkan setidaknya 270 suara elektoral akan memenangkan kursi kepresidenan, bahkan jika tidak memperoleh suara rakyat terbanyak.
Pada pemilu kali ini, negara-negara bagian seperti Michigan, Arizona, dan Georgia disebut sebagai medan pertempuran elektoral yang krusial. Di Michigan, komunitas Arab-Amerika yang besar—lebih dari 300.000 orang—secara historis cenderung memilih kandidat dari Partai Demokrat. Namun, belakangan ini, dukungan Kamala Harris terhadap Israel dalam konflik Israel-Gaza dan pendekatan kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah telah menggeser preferensi sebagian pemilih Arab-Amerika. Survei terbaru menunjukkan adanya peningkatan dukungan bagi kandidat Partai Hijau dan, di luar dugaan, untuk Trump di kalangan komunitas ini, mencerminkan kekecewaan terhadap Partai Demokrat.
New York Times melaporkan bahwa di Michigan, hanya segelintir pemilih Arab-Amerika yang menyatakan dukungan untuk Harris. Bruno Maçaes, seorang pengamat politik internasional, mencatat bahwa di Dearborn, kota dengan populasi Arab-Amerika yang signifikan, banyak warga merasa terabaikan oleh posisi Harris terkait isu Palestina dan Lebanon. Ketidakpuasan ini terutama disebabkan oleh kebijakan luar negeri AS yang cenderung berpihak pada Israel dan dinilai kurang mempertimbangkan aspirasi politik komunitas Timur Tengah dan Afrika Utara di AS.
Di luar kebijakan domestik, isu kebijakan luar negeri memang menjadi ujian penting bagi kedua kandidat. Sementara Harris dan Biden memperlihatkan komitmen kuat pada keamanan Israel, Trump menawarkan pendekatan yang cenderung konfrontatif terhadap Iran. Mantan Presiden ini sebelumnya menarik AS dari perjanjian nuklir Iran pada 2018, dan ada sinyal bahwa ia akan menghidupkan kembali kebijakan “tekanan maksimum” jika terpilih kembali. Harris, di sisi lain, dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich 2024, menegaskan dukungan AS bagi keamanan Israel dan menggarisbawahi bahwa pemerintahannya siap menghadapi apa yang disebutnya sebagai “ancaman Iran” di kawasan.
Meskipun keduanya mungkin menggunakan strategi yang berbeda, baik Trump maupun Harris memandang Iran sebagai tantangan utama bagi kepentingan regional AS. Bahkan, mantan penasihat keamanan nasional Harris, Halie Soifer, pernah menyatakan bahwa Harris dan Biden memiliki kesamaan pandangan dalam mendukung Israel dan tidak ada perbedaan berarti dalam kebijakan mereka. Di forum internasional, baik Demokrat maupun Republik menampilkan sikap tegas yang menunjukkan sedikit ruang untuk perubahan kebijakan luar negeri.
Dalam perspektif kebijakan AS yang lebih luas, kedua kandidat tampaknya tidak menunjukkan arah yang berbeda secara signifikan dalam pendekatan mereka terhadap Timur Tengah. Dukungan tanpa syarat terhadap Israel, serta sikap konfrontatif terhadap Iran, diperkirakan akan terus berlanjut terlepas dari siapa yang akan memenangkan pemilu ini. Di antara perbedaan kecil dalam pendekatan—Trump yang cenderung lebih frontal dan Harris yang mungkin lebih diplomatis—kedua kandidat masih berada dalam narasi kebijakan luar negeri AS yang sudah lama mapan.
Dengan demikian, meskipun pemilih mungkin berharap perubahan, terutama dalam isu-isu seperti Israel-Palestina dan kebijakan terhadap Iran, sinyal dari kedua kampanye ini menunjukkan bahwa pemilu 2024 lebih merupakan kontestasi strategi pendekatan ketimbang arah kebijakan.
Jadi, ya Trump, ya Harris, ya sama saja. Mereka tetap menunjukkan dukungan kuat terhadap Israel, meskipun pendekatan mereka mungkin berbeda. [PP/MT]
Catatan Kaki:
1. Electoral College Information, National Archives and Records Administration. https://www.archives.gov/electoral-college.
2. Pew Research Center, “2024 Election Poll: Trends in Arab-American Voting Behavior,” Pew Research Center, 2024.
3. “Arab Americans Show Frustration with Democrats Over Foreign Policy,” The New York Times, October 2024.
4. Bruno Maçaes, “Voices from Dearborn: Arab Americans and the 2024 Election,” The Spectator, October 2024.
5. “Trump on Reviving Maximum Pressure on Iran,” The Washington Post, October 2024.
6. Kamala Harris, speech at the Munich Security Conference, February 2024.
7. Halie Soifer, “Kamala Harris’s Stance on Israel,” Politico, March 2024.