Yair Lapid Ungkap Korban Militer Israel Tembus 12 Ribu Jiwa, Lebih Tinggi dari Klaim Rezim Netanyahu
POROS PERLAWANAN – Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid mengungkapkan bahwa jumlah korban militer akibat konflik yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 jauh melebihi laporan resmi Tel Aviv. Berdasarkan data yang ia pegang, lebih dari 11 ribu tentara Israel mengalami cedera serius, sementara 890 lainnya tewas, menjadikan total korban militer Israel lebih dari 12 ribu jiwa.
Lapid menyatakan pemerintah dan militer Israel diduga menutupi fakta untuk menghindari krisis politik yang lebih besar. “Angka-angka ini bukan sekadar perkiraan atau spekulasi; ini adalah situasi nyata di lapangan,” tegasnya, sambil mengkritik perbedaan mencolok antara data yang ia miliki dan laporan resmi yang dipublikasikan pihak berwenang.
Menurut Lapid, respons minimalis Perdana Menteri Netanyahu hanya memperburuk kondisi dan merusak moral pasukan, sekaligus menggerus kepercayaan publik. Ia menilai bahwa minimnya keterbukaan pemerintah justru mengarah pada ketidakstabilan dalam negeri yang semakin meningkat.
Dalam wawancara dengan Channel 12 pada Senin 28 Oktober, Lapid menegaskan bahwa transparansi sangat diperlukan dalam masa krisis seperti saat ini. “Kita tidak bisa memalingkan wajah dari fakta bahwa lebih dari 11 ribu tentara terluka dan hampir 900 tewas. Apakah ini bisa disebut stabil?” ujarnya dengan nada serius.
Lapid menyebut bahwa hanya dalam satu hari terakhir, 13 tentara Israel kehilangan nyawa, dan ia memperingatkan bahwa angka ini akan terus bertambah jika pemerintah tidak mengambil tindakan konkret.
Meski pihak militer membantah klaim tersebut, Lapid bersikeras bahwa datanya valid, dan ia mengajak publik untuk melihat sendiri kondisi para korban di rumah sakit seperti Tel Hashomer, Ichilov, dan Rambam.
Ia mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah nyata guna mengurangi korban serta menyajikan informasi secara jujur dan transparan. Menurutnya, pembatasan informasi ini dilakukan semata demi kepentingan politik Netanyahu, bukan demi keselamatan publik.