Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Akankah Netanyahu ‘Si Penipu’ Terpaksa Pamit dan Hengkang dari Kursi Kekuasaannya Rabu Ini?

Akankah Netanyahu 'Si Penipu' Terpaksa Pamit dan Hengkang dari Kursi Kekuasaannya Rabu Ini?

POROS PERLAWANAN – Rabu 2 Juni mendatang adalah akhir tenggat yang diberikan kepada rival Benyamin Netanyahu untuk membentuk Kabinet Israel. Formasi baru barisan-barisan politik di Israel saat ini menunjukkan bahwa sepertinya Netanyahu terpaksa harus berpamitan dan hengkang dari dunia politik dan kekuasaan setelah menjabat Perdana Menteri selama 12 tahun.

Dilansir al-Alam, selama lebih dari satu dekade terakhir, Netanyahu dengan berbagai muslihat politik sukses mempertahankan posisinya. Bagi Netanyahu, sangat penting untuk selalu menempel ke kursi Perdana Menteri, sehingga pernah ia memberikan janji kepada Benny Gantz untuk membentuk aliansi dan berbagi kekuasaan dengannya.

Berdasarkan janji manis Netanyahu, masing-masing dari keduanya secara berurutan, dimulai oleh Netanyahu, akan menjabat sebagai Perdana Menteri selama satu setengah tahun. Namun janji pembagian kekuasaan ini tidak pernah terwujud.

Saat melanggar janjinya kepada Gantz, Netanyahu menyebut dirinya sebagai “politisi spesial”. Kali ini, dia pun mengulang trik serupa untuk keluar dari jalan buntu aliansi. Sebagai solusi terakhir, ia menawari Naftali Bennett dan Gideon Saar untuk menjalin aliansi dengan cara membagi-bagi masa jabatan Perdana Menteri menjadi 3 periode. Namun para rival Netanyahu menolak tawaran tersebut, setelah mengetahui rapornya sebagai penipu dan pengingkar janji.

Tampaknya, sebagian besar forum-forum Zionis saat ini mencurahkan perhatian mereka untuk mengakhiri riwayat politik Netanyahu, yang dikenal sebagai Perdana Menteri penipu dan korup.

Menjelang berakhirnya tenggat pada Rabu mendatang, Yair Lapid sepertinya sukses meyakinkan Bennett untuk membentuk sebuah Pemerintahan Koalisi.

Dalam Pemerintahan baru ini, rencananya Bennett akan menjadi Perdana Menteri Israel selama satu setengah tahun, untuk kemudian digantikan oleh Lapid.

Sebelum ini, semua pandangan tertuju pada pembentukan aliansi antara Lapid (dengan 17 kursi) dan Bennett (dengan 7 kursi) di Knesset. Awalnya Lapid berargumen bahwa dia harus menjadi Perdana Menteri, lantaran mendapatkan kursi yang lebih banyak. Argumen ini sempat menghalangi terbentuknya aliansi antara keduanya. Namun dalam situasi terbaru, masalah itu sepertinya sudah diselesaikan dengan adanya kesepakatan jabatan bergilir.

Pada hakikatnya, bertahan tidaknya Netanyahu atau naiknya Lapid-Bennett ke posisi Perdana Menteri tidak akan mengubah kebijakan Rezim Zionis, terutama terkait isu Palestina. Perubahan ini hanya menjamin bahwa Netanyahu, yang selama ini adalah “penyewa jabatan Perdana Menteri” atas dukungan Trump, kini harus mengakhiri masa sewanya dengan lengsernya Trump dari kursi Presiden AS.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *