Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Akhir Riwayat Zionisme Terekam di Alam Bawah Sadar Orang-orang Zionis

Akhir Riwayat Zionisme Terekam di Alam Bawah Sadar Orang-orang Zionis

POROS PERLAWANAN – Banyak tokoh dan penulis Zionis yang bicara serta menulis soal berakhirnya riwayat Rezim Zionis. Mereka mengutarakannya sedemikian rupa, seolah fakta ini adalah sebuah keniscayaan bagi orang-orang Zionis.

Fars melaporkan bahwa sejak awal dibentuknya Israel, realita keruntuhannya seolah sudah terekam di alam bawah sadar kolektif para penjajah. Banyak dari mereka yang menyadari bahwa angan-angan Zionisme akan berubah menjadi mimpi buruk.

Pada tahun 1954, Menteri Perang Israel saat itu, Moshe Dayan menghadiri pemakaman seorang kawannya yang tewas di tangan pejuang Palestina. Ia mengatakan, ”Kita harus selalu siaga dan bersenjata. Kita harus kuat dan kejam. Jangan sampai pedang terlepas dari tangan kita, karena saat itu hidup kita akan berakhir.”

Dengan demikian, konsep “akhir riwayat” dan bahwa suatu hari para pengungsi Palestina akan pulang, atau anak-anak para korban akan tumbuh dewasa dan membalas dendam, selalu menghantui benak orang-orang Zionis.

Novelis Israel, Avraham Yehoshua dalam kisah berjudul “Menghadapi Akhir” di pertengahan awal abad ke-20 menceritakan konflik batin seorang mahasiswa Israel yang menjaga sebuah kebun. Kebun itu terletak di sebuah desa yang telah dihancurkan Israel. Di desa itu tinggal seorang pria Arab tua bisu bersama putrinya, yang tidak berniat keluar dari desa itu. Mereka berencana membalas dendam dan membakar kebun tersebut. Pemuda Israel itu mulai jatuh cinta kepada putri pria tua itu, sampai akhirnya ia merasa ingin membantu mereka membakar kebun tersebut. Di akhir cerita, ketika kebun terbakar, si pemuda itu merasa bebas dari konflik batin yang dialaminya.

Saat mengungkit kekalahan memalukan AS di Vietnam, penulis Israel, Eitan Haber menulis, ”Serdadu Vietnam Utara yang bertelanjang kaki mengalahkan milisi Vietnam Selatan yang difasilitasi dengan perangkat perang termodern. Rahasianya tersimpan pada sebuah konsep yang disebut ‘spirit.’ Spirit adalah sesuatu yang membimbing para pejuang menuju kemenangan. Spirit adalah semangat, ketegasan, pengetahuan akan kebenaran tindakan, dan perasaan bahwa sudah tidak ada jalan lain. Inilah sesuatu yang tidak dimiliki Israel; Israel yang sekelilingnya dikitari oleh keputusasaan”.

Kekhawatiran dan ketakutan ini bukan hanya dirasakan kalangan jurnalis saja, tapi juga menghinggapi para tokoh politik seperti Yitzhak Rabin, yang menjabat PM Israel dari tahun 1992-1995.

Rabin pada September 1970 dalam tulisannya membandingkan Rezim Zionis dengan Kekaisaran Franka. Ia menulis, bahaya utama bagi Israel adalah berhentinya imigrasi kaum Yahudi ke Palestina. Menurutnya, berhentinya imigrasi ini ibarat tidak masuknya darah ke urat-urat Israel, yang akhirnya akan membinasakan Rezim Zionis.

Kekhawatiran Rabin ini sudah mulai terwujud dalam beberapa tahun terakhir. Selain berkurangnya imigrasi Yahudi ke Tanah Pendudukan, kini Rezim Zionis berkutat dengan sebuah fenomena yang disebut “Imigrasi Terbalik”. Artinya adalah kepulangan orang-orang Zionis dari Palestina ke tempat tinggal asli mereka. Salah satu pemicu utama fenomena ini adalah meningkatnya perlawanan rakyat Palestina, mulai dari Gaza, hingga Tepi Barat dan Tanah Pendudukan 1948.

Seorang pebisnis Yahudi yang tinggal di AS, Mordechai Kahana, berencana menjadikan lahannya di AS sebagai tempat tinggal baru untuk orang-orang Yahudi yang kembali dari Palestina.

Dalam wawancara dengan Maariv pada Desember 2022, Kahana menyatakan bahwa setelah upaya bertahun-tahun untuk menarik orang-orang Yahudi dari kawasan perang di Yaman, Suriah, Afghanistan, dan Ukraina ke Tanah Pendudukan, kini ia memutuskan untuk membawa mereka ke AS.

“Sebagian anggota partai-partai Israel dan AS mengatakan bahwa saya ekstrem dalam beberapa hal. Saya katakan kepada mereka: sekarang sudah saatnya membuat alternatif untuk gerakan Zionisme. Saya tidak ingin negara kita hancur. Tapi jika hancur, apa yang akan terjadi?” kata Kahana.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *