Loading

Ketik untuk mencari

Amerika

AS Tabuh Genderang Perang Versus China

AS Tabuh Genderang Perang Versus China

POROS PERLAWANAN – Seorang anggota Senat AS, Michael McCaul pada Minggu 29 Januari kemarin menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya perang antara negaranya melawan China “sangat besar”. Pandangan McCaul ini serupa dengan pernyataan seorang jenderal AS bahwa dalam 2 tahun ke depan, Paman Sam bisa jadi akan memerangi Negeri Tirai Bambu.

Dikutip Fars dari Reuters, pernyataan Jenderal Mike Minihan ini terungkap dalam tulisan yang bertanggal 1 Februari, tapi telah dipublikasikan media-media AS, termasuk Washington Post, pada Jumat pekan lalu. Minihan mengatakan kepada para bawahannya bahwa “saya merasa kita akan terlibat perang dengan China pada 2025 nanti”.

Menyusul tersiarnya pernyataan yang menghebohkan ini, Senator McCaul dalam wawancaranya dengan Fox News berkata, ”Meski saya berharap prediksinya (Minihan) keliru, tapi saya pikir dia benar.”

Menurut Reuters, kendati statemen Minihan tidak mencerminkan sikap Pentagon, namun ini menunjukkan kekhawatiran di tengah kalangan atas Militer AS terkait potensi upaya China untuk mengendalikan Taiwan, yang oleh Beijing dinyatakan sebagai bagian dari teritorinya.

Dalam tulisannya, Minihan menyatakan bahwa AS dan Taiwan di tahun 2024 akan mengadakan Pilpres, dan ini akan dimanfaatkan China untuk melancarkan operasi militer.

Beberapa waktu lalu, media-media AS melaporkan bahwa industri persenjataan negara ini tidak memiliki kesiapan untuk menjalani perang versus China dalam waktu lama.

Institut Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS) dalam laporannya menyatakan bahwa di saat AS sibuk memasok persenjataannya ke Ukraina untuk mencegah Rusia menguasai negara itu, ada banyak problem besar yang muncul terkait industri logistik Paman Sam.

Laporan ini menyebutkan bahwa stok persenjataan AS telah berkurang dan korporasi-korporasi pertahanan juga tidak mampu untuk mengisi kekurangan ini dalam waktu cepat.

“Menurut saya, industri persenjataan AS tidak siap untuk atmosfer keamanan dan sekarang hanya berfungsi untuk atmosfer di masa damai,” kata Wakil Ketua CSIS, Seth Jones.

Penelitian CSIS menunjukkan bahwa kendati konflik dengan China di Samudera Hindia dan Pasifik berbeda dengan perang darat di Ukraina, namun AS masih diharuskan untuk menggunakan cadangan senjatanya. Berdasarkan penelitian ini, problem industri persenjataan AS relatif disebabkan tren perjanjian militer usang dan birokrasi lamban, yang memengaruhi kemampuan Pentagon untuk menciptakan prevensi efektif di Samudera Hindia dan Pasifik.

“Kekurangan ini mempersulit AS untuk bertahan lama dalam sebuah konflik jangka panjang. Industri militer tidak memiliki kapasitas memadai untuk sebuah perang besar”, demikian disebutkan dalam laporan CSIS.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *