Loading

Ketik untuk mencari

Suriah

Barat Terlibat dalam Serangan Baru ‘Terkoordinasi’ ISIS-Israel atas Suriah

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, putaran serangan beruntun baru-baru ini oleh kelompok teroris ISIS dan rezim Israel di Suriah terkoordinasi, dan Pemerintah Barat terlibat dalam serangan mematikan itu, menurut seorang analis.

Direktur Institut Pemikiran Islam Kontemporer yang berbasis di Toronto, Zafar Bangash mengatakan kepada Press TV pada Minggu bahwa komunitas internasional, pada dasarnya AS dan sekutunya, cenderung mengabaikan “kejahatan perang” Israel dan menyetujui ilegalitasnya.

“Tidak hanya ada koordinasi [antara ISIS dan Israel], tetapi saya akan melangkah lebih jauh dan mengatakan bahwa bahkan Pemerintah Barat pun terlibat dalam hal ini,” kata Bangash.

Pada Jumat, setidaknya 53 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam serangan teroris yang dilakukan oleh teroris ISIS di provinsi Homs Suriah.

Dalam waktu kurang dari dua hari, rezim apartheid Israel melancarkan serangan udara di Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada dini hari Minggu. Serangan udara merusak bangunan tempat tinggal dan menyebabkan 5 tewas dan 15 luka-luka.

“Ini tidak mengherankan,” kata Bangash tentang kesunyian komunitas internasional mengenai masalah ini, menambahkan, “Israel telah diberikan kekuasaan penuh untuk melakukan apa pun yang disukainya di wilayah tersebut.”

“Apa yang kami sebut sebagai komunitas internasional pada dasarnya adalah Amerika Serikat dan sekutunya, dan mereka menutup mata terhadap kejahatan Israel. Mereka juga membiayai dan mempersenjatai Israel untuk melakukan tindakan ilegal tersebut,” sesalnya.

Dia mengatakan bahwa jika skenarionya dibalik, apa yang disebut komunitas internasional akan mengeluarkan pesan yang sangat mengancam ke Suriah dan memperingatkannya tentang konsekuensi serius, dan sekutu NATO-nya tidak hanya mengutuk Suriah, tetapi mungkin akan ada serangan balasan.

Bangash juga mengecam perilaku tidak profesional PBB dan lembaga internasional lainnya dalam pengiriman bantuan ke daerah-daerah yang dilanda gempa di Suriah setelah gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR melanda Turki dan Suriah pada 6 Februari.

“Terlepas dari kenyataan bahwa Amerika Serikat mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah selama enam bulan untuk memberikan bantuan kemanusiaan, tidak ada bantuan yang mencapai daerah-daerah Suriah yang berada di bawah kendali Pemerintah Suriah,” katanya.

Semua bantuan, tambahnya, masuk ke perbatasan Turki-Suriah yang berada di bawah kendali ISIS, jadi jelas bahwa bantuan internasional yang jelas berasal dari PBB dan lembaga internasional lainnya memberikan dukungan kepada para teroris dan bukan pada orang-orang di dalam Suriah yang lebih rentan.

“Ini berarti Barat belum menyerah pada agenda jahatnya untuk mencoba menggulingkan Pemerintah Suriah,” katanya.

Menyusul gempa mematikan yang menewaskan ribuan orang di Suriah dan Turki, AS untuk sementara melonggarkan sanksi terhadap Suriah dalam upaya mempercepat pengiriman bantuan ke negara itu.

Pada 2014, AS dan sekutunya menginvasi Suriah, seolah-olah untuk memerangi kelompok teroris Takfiri ISIS.

Namun, setelah Suriah dan sekutunya, termasuk Iran dan Rusia, mengalahkan teroris pada akhir 2017, koalisi pimpinan AS mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut dengan dalih mencegah ladang minyak di wilayah tersebut jatuh ke tangan teroris.

Damaskus, sebaliknya, menyebut bahwa langkah AS mempertahankan pengerahan itu dimaksudkan untuk menjarah sumber daya alam negara itu—sesuatu yang diakui oleh mantan Presiden AS, Donald Trump pada beberapa kesempatan.

Israel, sekutu lama AS, juga telah menjadi pendukung utama kelompok teroris yang memerangi Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad sejak militansi yang didukung asing meletus di Suriah pada awal 2011.

Rezim Zionis sering melanggar kedaulatan Suriah dengan menargetkan posisi militer di dalam negeri, terutama Gerakan Perlawanan Hizbullah, yang telah memainkan peran kunci dalam membantu tentara Suriah memerangi teroris yang didukung asing.

Suriah telah berulang kali mengeluh kepada PBB atas serangan Israel, mendesak Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap kejahatan Tel Aviv. Namun panggilan itu, seperti biasa, ibarat jatuh di telinga yang tuli.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *