Berbekal Klaim dan Informasi Tak Akurat, AS Gencar Lambungkan Isu ‘Sekutu Suriah Ingin Lengserkan Assad’, Benarkah Demikian?
POROS PERLAWANAN – Utusan Khusus AS di Suriah, James Jeffrey, dalam wawancara terbarunya dengan harian Saudi, al-Sharq al-Awsat, menyerang Bashar Assad dengan pedas.
Dilansir Fars, Jeffrey memoles klaim-klaim miringnya atas Presiden Suriah dengan statemen sejumlah tokoh dan artikel di kantor berita Rusia.
Dalam wawancara tersebut, Jeffrey mengklaim AS telah menjalin kesepakatan dengan Rusia terkait Pemerintah Suriah. Namun ia tidak menjelaskan detail kesepakatan tersebut. Dengan demikian, ia gagal menciptakan keraguan di hati rakyat Suriah guna menyempurnakan “Perang Isu” atas Damaskus.
Bagaimana Perang Isu ini bermula?
Harian al-Akhbar membahas isu-isu yang dilontarkan Jeffrey. Menurut harian Lebanon tersebut, ini bukan kali pertama Assad menjadi target serangan isu.
Propaganda Jeffrey diambil dari dua sumber. Pertama, artikel yang dipublikasikan Kantor Berita Federal Rusia (FAN) pada 13 April 2020 lalu. Kedua, artikel yang ditulis mantan Dubes Rusia di Aljazair yang dirilis pada 17 April. Kedua artikel itu menyebut bahwa Rusia, Iran, dan Turki sepakat untuk “melengserkan Assad.”
FAN adalah milik Yevgeny Pregozhin, yang dikenal sebagai “Koki Putin.” FAN memuat laporan jajak pendapat seorang pakar sosial Rusia, yang dekat dengan Pregozhin, terhadap seribu warga Suriah. Dia mengklaim, hanya 32 persen warga Suriah yang akan memilih Assad dalam Pilpres 2021 nanti.
Laporan tersebut dimuat selama 4 hari di situs FAN. Belakangan diumumkan bahwa “ekstremis Turki” telah meretas situs itu. Pakar sosial Rusia itu pun menghapus jajak pendapat itu dari blognya. Setelah itu, FAN lalu memuat artikel-artikel yang berisi dukungan untuk Assad.
Menurut kutipan al-Akhbar dari sejumlah sumber di Moskow dan Damaskus, setelah Pemerintah Suriah berhasil membebaskan sejumlah wilayahnya dari tangan ISIS, sebagian kepentingan Pregozhin terancam bahaya. Sebab, dengan padamnya api perang, peran para broker seperti Pregozhin dan sejumlah pihak di Suriah, akan berakhir pula.
Serangan-serangan di situs FAN terhadap Pemerintah Suriah adalah bagian dari upaya agar Damaskus kembali menjalin kesepakatan dengan Pregozhin dan melindungi kepentingannya.
Terkait klaim mantan Dubes Rusia di Aljazair, al-Akhbar menyatakan bahwa itu bukanlah hasil riset Dewan Hubungan Luar Negeri Rusia, sebagaimana yang diklaim media Arab dan Barat. Tapi itu adalah artikel yang dimuat harian Kommersant, yang dikenal kerap mengkritik Pemerintah Suriah.
Barangkali diamnya Pemerintah Suriah atas perang propaganda ini membuat sebagian pihak meragukan sikap Moskow terhadap Damaskus. Namun statemen Kremlin telah mengakhiri keraguan tersebut.
Jubir Kepresidenan Rusia Dmitry Peskov menyatakan, FAN telah diretas sebanyak dua kali. Ia juga menegaskan bahwa Kremlin tak ambil peduli semua isu negatif tentang Suriah. Menurut Peskov, isu-isu itu hanya dipublikasikan “tabloid-tabloid kuning” yang tak punya kredibilitas.