Loading

Ketik untuk mencari

Amerika

Dokter dan Perawat AS ‘Shock Berat’ Saksikan Makin Cepatnya Laju Kematian Akibat Covid-19

POROS PERLAWANAN – Para dokter dan perawat AS mengekspresikan keterkejutan mereka terhadap cepatnya laju kematian akibat virus Corona di negara itu, ketika pasien, bahkan tanpa kondisi yang mendasarinya, secara tiba-tiba meninggal dunia.

New York, negara bagian yang paling terdampak Covid-19 di AS, mencatat 799 kematian pada Rabu, 8 April. Angka ini memecahkan rekor sebagai kematian terbanyak perhari akibat virus Corona. Semua jumlah kasus positif Covid-19 di negara bagian New York saja melewati angka 150.000 dalam 24 jam terakhir.

Dokter dan perawat yang bekerja di garis depan mengatakan korban meninggal bukan hanya dari kalangan orang tua atau pasien dengan penyakit bawaan, namun juga mereka yang tampaknya baik-baik saja, namun satu menit kemudian tiba-tiba sudah harus dipindahkan ke kamar jenazah.

Pasien “terlihat baik-baik saja, merasa baik-baik saja, lalu Anda berbalik dan mereka (tiba-tiba) tidak responsif,” kata Diana Torres, seorang perawat di Rumah Sakit Mount Sinai di New York City, seperti dilansir Press TV.

“Aku paranoid, nah sampai takut keluar dari kamar mereka,” kata Diana.

Pada hari Rabu, 8 April, Gubernur New York Andrew Cuomo memerintahkan untuk mengibarkan bendera setengah tiang di seluruh New York sebagai penghormatan atas korban meninggal akibat Covid-19.

Lonjakan baru-baru ini juga terjadi dalam jumlah korban yang meninggal di rumah atau sebelum mendapat perawatan medis di New York City. Pihak berwenang mengatakan ada lebih dari 200 pasien meninggal di rumah di sana setiap hari.

Amerika Serikat mencatat hampir 2.000 kematian akibat virus Corona untuk hari kedua berturut-turut pada hari Rabu, menurut penghitungan Universitas Johns Hopkins.

Sementara Presiden Donald Trump masih saja membual bahwa pemerintahannya telah menguji lebih banyak orang terhadap virus Corona dibandingkan negara lain. Padahal faktanya, petugas layanan kesehatan saja yang paling berisiko tertular penyakit tersebut, mengatakan mereka mengalami gejala penyakit, tetapi tidak bisa mendapatkan akses untuk tes.

Di Michigan, salah satu dari beberapa sistem rumah sakit yang melakukan pengujian staf medis secara luas di AS, tercatat lebih dari 700 pekerja medis dinyatakan positif Covid-19, tetapi hanya lebih dari seperempat dari mereka yang melalui tes pra-gejala.

Art Caplan, seorang Professor Bioetika di NYU Grossman School of Medicine, menggambarkan kelangkaan tes lanjutan bagi tenaga medis sebagai “skandal” dan ancaman serius bagi pasien yang mereka rawat.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *