Loading

Ketik untuk mencari

Opini

Fakta di Balik Sandiwara ‘Pembangkangan Bin Salman terhadap AS’

Fakta di Balik Sandiwara ‘Pembangkangan Bin Salman terhadap AS’

POROS PERLAWANAN – Media-media AS dan Saudi mengesankan bahwa Muhammad bin Salman dalam perbincangan dengan Presiden AS menolak untuk meningkatkan produksi minyak guna menutupi defisit minyak Rusia. Putra Mahkota Saudi dikesankan “tengah mendekat ke arah China dan Rusia”.

Dilansir al-Alam, sejumlah media AS juga menyebut-nyebut upaya Washington untuk menempatkan Khalid bin Salman sebagai Putra Mahkota untuk menggantikan saudaranya. Mereka berargumen, alasan AS adalah melakukan ini karena “marah atas teror Jamal Khashoggi dan agresi ke Yaman”.

Menurut para pengamat, upaya Bin Salman untuk mengesankan “pembangkangan di hadapan AS” tak lebih dari promosi diri sebagai “figur tangguh” untuk menggantikan ayahnya.

Perlu dicatat bahwa sejak dahulu hingga kini, AS adalah pendukung terbesar Dinasti Saud. Dukungan ini berperan penting dalam menjaga kelanggengan klan ini. Sebab itu, Donald Trump sebagai salah satu pembela Bin Salman secara terang-terangan pernah menyatakan, Dinasti Saud tak bisa bertahan dua pekan tanpa adanya AS.

Para pakar menilai, faktor penting dalam jalinan hubungan AS dengan negara-negara dunia, terutama di Timteng, adalah hubungan mereka dengan Israel. Jika mereka berhubungan baik, AS akan mengikat hubungan terbaik dengan mereka, bahkan meski negara-negara ini diperintah oleh penguasa paling kolot dan fanatik kepada kesukuan.

Di lain pihak, jika negara-negara ini menolak Israel atau menentang normalisasi dengannya, AS akan memusuhi mereka, kendati dikuasai oleh pemerintah paling demokratis sekalipun. Bagi AS, yang penting adalah kepentingan Israel. Ada pun selain itu, seperti demokrasi, HAM, dan kebebasan berpendapat, tidak ada nilainya di mata Washington.

Hal ini dipahami dengan baik oleh Bin Salman. Sebab itu, ia melapangkan jalan normalisasi antara UEA, Bahrain, bahkan Sudan, dengan Israel. Di masa Bin Salman, Saudi bahkan menjalin hubungan yang lebih erat daripada normalisasi, meski secara diam-diam. Buktinya adalah koordinasi keamanan-militer antara kedua belah pihak, pelaksanaan latihan perang yang diikuti keduanya, pertemuan-pertemuan petinggi mereka di Saudi dan Tanah Pendudukan, juga lalu lalang pesawat-pesawat penumpang-militer Israel di angkasa Saudi.

Jelas bahwa semua kabar ini bertujuan untuk mengembalikan martabat Bin Salman, yang sudah merosot karena keterburu-buruannya bertakhta, menyingkirkan para rival, dan ketidaksabarannya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, yang menampakkan dirinya sebagai makhluk lemah dan penjilat.

Tujuan lain dari Bin Salman “pamer keberanian menentang AS” adalah untuk menaikkan nilai jualnya demi meraih takhta. Ini sama seperti UEA, yang setelah jatuh di mata bangsa-bangsa Muslim karena menormalisasi hubungan dengan Israel, berusaha kembali merehabilitasi namanya. Caranya dengan “menolak partisipasi dalam pameran dirgantara di Israel”; pameran yang diadakan dalam rangka perayaan Rezim Zionis untuk “kemenangan atas bangsa Palestina dan pendudukan tanah-tanah mereka”.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *