Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Fakta Sebenarnya di Balik Skenario ‘Pembangkangan’ Netanyahu kepada Biden

Di Balik ‘Pembangkangan’ Netanyahu kepada Biden

POROS PERLAWANAN– PM Israel Benyamin Netanyahu menanggapi kritik Presiden AS soal perang Gaza dengan mengatakan,”Ada tekanan internasional untuk menghentikan perang melalui Pemilu. Namun kita tidak akan menyerah terhadap tekanan-tekanan ini. Dihentikannya perang saat ini berarti Israel kalah dalam perang…Kita tidak akan membiarkan ini terjadi. Persiapan untuk menyerang Rafah tengah dilakukan.”

Hal menggelikan dalam pidato Netanyahu di rapat mingguan Kabinet Israel pada Minggu 17 Maret lalu adalah ia “berbicara soal nurani.” Ditujukan kepada mereka yang disebutnya sebagai “kawan-kawan di masyarakat internasional,” Netanyahu berkata,”Kenapa kalian kehilangan nurani kalian secepat ini dan menuntut perang dihentikan karena Pilpres sudah dekat? Kalian sudah melupakan 7 Oktober? Alih-alih menekan Israel, kalian harus menekan Hamas.”

Tampaknya pernyataan Netanyahu ini adalah reaksi terhadap sikap Joe Biden dan Pemimpin Mayoritas Senat AS Chuck Schumer. Schumner dalam pidatonya pada Kamis lalu mengkritik Netanyahu dan menyebutnya sebagai “penghalang besar jalan perdamaian.” Biden menyanjung pidato Schumer dan berkata bahwa “pidatonya bagus dan mencerminkan kekhawatiran banyak warga AS.”

Jika kita melihat perkembangan lapangan dan genosida di Gaza sejak 5 bulan lalu, kita tidak akan menyaksikan satu pun jejak “perselisihan” antara Pemerintah AS dan Kabinet Netanyahu. Begitu pula tak ada perbedaan pendapat di tengah anggota Kabinet Israel soal Gaza. Baik Biden, Netanyahu, Schumer, Ben-Gvir, Blinken, atau Smotrich sama-sama membenci Hamas dan warga Gaza. Meski sekitar 32 ribu orang telah gugur, yang mayoritasnya adalah wanita dan anak, tak satu pun dari orang-orang AS dan Israel ini yang menyesal.

Satu-satunya perbedaan antara Pemerintahan Biden dan Kabinet Netanyahu adalah Washington lebih mencemaskan masa depan dan nasib Israel.

Kesalahan para pengamat hubungan AS-Israel terletak pada pemahaman esensinya; hubungan keduanya bukan hubungan lazim antara 2 Pemerintahan, namun hubungan antara “sebuah negara dan pangkalan militernya.”

Pangkalan militer ini, yang didirikan di jantung Dunia Islam oleh AS dan Inggris, sama sekali tidak memiliki “kedaulatan” atau “independensi” apa pun. Tak satu pun pejabat Zionis yang bebas bertindak di hadapan keputusan dan instruksi Washington yang dijalankan di Gaza saat ini.

Apa yang sedang terjadi di Gaza adalah buah keputusan dan dukungan AS. Apa yang tampak sebagai “pembangkangan” Netanyahu terhadap majikannya di Washington tak lebih dari “memainkan peran dalam skenario AS.” Tujuannya adalah mengesankan bahwa Washington menentang kebijakan agresif Netanyahu dan PM Israel berani melawan instruksi AS. Pada hakikatnya, peran asli Netanyahu adalah melayani AS dan Biden. Fakta ini menjadi kian jelas setelah dimulainya Operasi Badai al-Aqsa.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *