Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Israel Ancam Serang Lebanon, Apakah Netanyahu Bakal Lakukan Kesalahan Terbesarnya?

Israel Ancam Serang Lebanon, Apakah Netanyahu Bakal Lakukan Kesalahan Terbesarnya?

POROS PERLAWANAN– Kanal 12 Israel melaporkan, Militer Israel menyarankan para pimpinan Rezim Zionis untuk segera menghentikan di Rafah dan memulai serangan ke Lebanon.

Dilansir al-Alam, meski ini kabar penting, namun keanehannya adalah kabar ini bersumber dari Militer Israel, bukan Kabinetnya, yang bertugas untuk menentukan strategi dan target militer. Lebih aneh lagi, berita ini dipublikasikan secara terbuka di media-media Israel. Padahal dengan melihat sensitivitas isu ini, Militer bisa saja memberikan sarannya secara diam-diam kepada Kabinet.

Di sisi lain, sumber-sumber ini secara terbuka menyatakan bahwa Dewan Perang baru Israel telah mengadakan rapat pada Sabtu malam lalu. Dewan Perang telah membahas situasi keamanan-militer di front melawan Lebanon. Namun keputusan yang diambil dalam rapat tersebut tidak disebut-sebut.

Situs Axios menukil dari sejumlah pejabat Israel, Utusan Khusus Presiden AS Amos Hochstein pada Senin ini akan tiba di Israel. Tujuannya adalah mencegah ketegangan antara Hizbullah dan Israel berubah menjadi perang besar.

Jika berita ini disandingkan dengan perkembangan lapangan di Gaza, terutama Rafah, dan kerugian besar yang diderita Militer Israel dalam beberapa hari terakhir, juga perkembangan di perbatasan Lebanon, bisa disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai “penyiapan front utara untuk menyerang Lebanon” dan bahwa “Militer Israel menanti keputusan pimpinan politik”, tidak lebih dari omong kosong belaka.

Tujuan pengumbaran ancaman ini adalah upaya untuk menjustifikasi kekalahan Netanyahu dan Kabinetnya, supaya tidak mempermalukan “pasukan tak terkalahkan Israel” dan para pendukungnya, seperti AS, yang selama 9 bulan gagal mewujudkan satu pun tujuan mereka di Gaza.

Israel bukan hanya tak mampu mendapatkan kemenangan dalam agresi dan blokade atas Gaza, tapi juga telah kehilangan ribuan serdadu yang tewas dan terluka serta sekitar 50 persen persenjataannya selama perang di Gaza.

Apakah pasukan pecundang dan letih dalam perang yang menguras energi ini mampu mengambil risiko untuk memerangi Hizbullah? Padahal Hizbullah lebih tangguh daripada Perlawanan yang diblokade di Gaza. Hingga saat ini, Hizbullah baru menggunakan 5 persen kekuatan militer dan persenjataannya.

Sebelum ini, Wasekjen Hizbullah Syekh Naim Qasim mengirim pesan kepada para pengancam bahwa Hizbullah siap terlibat dalam perang besar. Tampaknya pesan ini lebih dahulu sampai ke telinga AS sebelum Israel. Sebab itu, kita meyakini bahwa Netanyahu akan menganggap lawatan Hochstein pada Senin ini sebagai jalan keselamatan baginya.

Meski demikian, eskalasi di perbatasan Lebanon ini, seperti yang diketahui Hochstein, tidak akan berhenti kecuali agresi Israel ke Gaza dihentikan.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *