Loading

Ketik untuk mencari

Palestina

Istri Syahid Khidr Adnan: Jenazah Suami Saya Masih di Tangan Israel

Istri Syahid Khidr Adnan: Jenazah Suami Saya Masih di Tangan Israel

POROS PERLAWANAN-Dalam wawancara dengan Fars, istri Syahid Khidr Adnan, Randa Moussa mengatakan bahwa jenazah suaminya masih ditahan oleh Rezim Zionis.

Adnan gugur pada 2 Mei silam di penjara Israel setelah melakukan mogok makan selama hampir 3 bulan, sebagai bentuk protes atas penahanan ilegalnya.

Randa berkata bahwa faksi-faksi Perlawanan harus menekan Rezim Zionis untuk memulangkan jenazah suaminya.

“Syekh tidak pernah diadili di pengadilan mana pun. Semestinya ia dibebaskan. Keluarganya berhak tahu bagaimana ia melewati saat-saat terakhirnya dan di mana jenazahnya saat ini,”kata Randa.

Menurut sumber-sumber Palestina, saat ini lebih dari 100 jenazah syuhada Palestina masih ada di tangan Rezim Zionis. Tel Aviv menggunakannya sebagai alat untuk tawar menawar.

Sehubungan dengan ini, seorang petinggi Jihad Islam, Daud Shahab mengatakan, upaya-upaya terus dilakukan untuk memulangkan jenazah Syahid Adnan dan menyerahkannya kepada pihak keluarga agar mereka bisa mengadakan pengiringan jenazah yang megah.

Saat ditanya bagaimana kondisi anak-anak Syahid Adnan, Randa menjawab,”Alhamdulilah mereka mereka Syekh. Insya Allah mereka akan menjadi sepertinya. Semoga Allah membantu kami untuk mendidik mereka dengan baik.”

Pada hari diumumkannya syahadah Adnan, Randa dalam sebuah statemen yang ditujukan kepada Israel mengatakan,”Sebagaimana Adnan mengajari saya cinta jihad, para penjajah juga harus mengingat baik-baik wajah putra-putra saya. Mereka akan membalaskan dendam Syekh.”

Pada awal Mei lalu, Lembaga Penjara Israel dalam statemen resminya memberitakan kematian Adnan setelah melakukan mogok makan selama 86 hari.

Harian Yedioth Ahronoth mengeklaim, Adnan ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri di selnya. Dia lalu dinyatakan meninggal setelah dibawa ke rumah sakit.

Sebelum itu, Pengadilan Militer Israel menolak untuk membebaskan Adnan, kendati telah mogok makan selama hampir 3 bulan sebagai bentuk protes terhadap penahanan ilegalnya.

Pengadilan Militer Israel pada pekan sebelumnya mengadakan rapat untuk membahas kemungkinan pembebasan Adnan dengan jaminan. Namun Pengadilan memutuskan untuk menangguhkan pembebasan Adnan, meski dia juga dalam kondisi kritis.

Adnan dibawa ke rumah sakit setelah kondisinya kian memburuk. Namun Rezim Zionis melarang siapa pun, termasuk pengacara, dokter, atau kuasa hukumnya untuk menjalin kontak dengannya.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *