Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Kekerasan Tak Terkendali di Nablus, Pelajaran bagi PNA Segera Hentikan Kerja Sama Keamanan dengan Israel

Kekerasan Tak Terkendali di Nablus, Pelajaran bagi PNA Segera Hentikan Kerja Sama Keamanan dengan Israel

POROS PERLAWANAN – Sulit bagi tiap orang untuk melihat dan hanya diam menyaksikan adegan kekerasan serta kerusuhan terbaru di Nablus. Protes terhadap penangkapan seorang pejuang Palestina oleh aparat keamanan Pemerintah Otonomi Palestina (PNA) telah berubah menjadi alat untuk merusak properti swasta dan publik. Akibatnya, Nablus untuk beberapa jam seolah menjadi kota hantu.

Dilansir al-Alam, pertanyaan yang mencuat adalah: apa yang menyebabkan kondisi genting? Jawabannya adalah pertama, orang-orang Palestina sudah yakin bahwa PNA dalam menyikapi krisis domestik telah lepas tangan dalam memenuhi keamanan warga Palestina. Di saat bersamaan, PNA membiarkan keadaan begitu saja sehingga ketegangan dan bahaya atas Rezim Zionis mencapai puncaknya.

Meluasnya aksi anti-Zionis di seluruh Tepi Barat telah membuat cemas Tel Aviv, sehingga memaksa rezim ini berencana untuk melancarkan serangan besar-besaran ke utara Tepi Barat, seperti yang pernah dilakukannya dalam Operasi Perisai Penangkal pada 2002.

Untuk itu, PNA tunduk kepada Tel Aviv untuk melaksanakan komitmennya dan menunjukkan kepada Israel, serta AS dan dunia pada umumnya, bahwa terwujudnya stabilitas di Tepi Barat adalah hal urgen. Untuk itu, PNA membutuhkan dukungan agar bisa mengakhiri krisis.

Kedua, rakyat Palestina percaya bahwa bahasa perlawanan, dalam segala bentuknya, adalah cara tunggal untuk menghadapi Rezim Zionis. Masa perundingan dan negosiasi sudah berakhir. Hal ini mendorong PNA menyebut para pemuda Palestina yang secara personal melawan Israel sebagai “penjahat dan perusuh” serta menangkap mereka. Skenario ini terjadi terkait dengan penahanan Mushab Shtayyeh (15 tahun).

Ketiga, PNA masih belum meyakini bahwa penyebaran perpecahan di tengah faksi-faksi Palestina adalah ide usang dan gagal. Sebab itu, PNA tidak bisa menjustifikasi penangkapan Shtayyeh, yang berasal dari Hamas, dan hanya mengklaim bahwa ia menentang PNA.

Supaya ketegangan di Nablus tidak lagi terjadi, PNA harus mengakhiri kerja sama keamanan dengan Rezim Zionis. Selain itu, PNA juga mesti mengakhiri konflik domestik dan bertindak demi mewujudkan persatuan. Juga mengadakan Pemilu legislatif, kepresidenan, dan Dewan Nasional guna mendaur ulang legalitasnya. Tanpa langkah-langkah ini, PNA bisa saja berhadapan kembali dengan situasi di Nablus kemarin dan tak mampu lagi mengontrolnya.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *