Loading

Ketik untuk mencari

Analisa

Kenapa Suriah Hanya ‘Diam’ di Hadapan Agresi Israel yang Terus Berulang?

Kenapa Suriah Hanya ‘Diam’ di Hadapan Agresi Israel yang Terus Berulang?

POROS PERLAWANAN – Rezim Zionis pada Minggu 26 April malam lalu kembali melancarkan serangan udara ke Suriah. Kali ini yang menjadi sasaran adalah kawasan Palmyra di Provinsi Homs, al-Alam melaporkan.

Dengan melihat sejumlah kawasan yang kerap diserang Israel, bisa disimpulkan bahwa tujuan Tel Aviv dari serangan-serangan ini adalah menjadikan proyek gagal “pengusiran Iran dan Hizbullah dari Suriah” sebagai pusat perhatian, walau hanya untuk beberapa saat saja.

Israel menjalankan proyek ini di saat Tel Aviv bukan dalam posisi untuk menentukan kebijakan bagi Poros Perlawanan, dan Iran pun berada di Suriah atas permintaan dari Damaskus.

Poin lain yang menarik dicermati adalah sikap pasif Rusia selaku sekutu strategis Suriah, juga partner resmi Iran di negara tersebut.

Tampaknya kebijakan dualisme Rusia ini jika tak bisa diartikan bahwa Moskow “menyetujui” agresi Israel, setidaknya membawa pesan bahwa Rusia tetap mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan kolektif. Namun, untuk melihat sejauh mana kebenaran kemungkinan ini, kita masih harus menunggu terlebih dahulu.

Dalam menghadapi agresi-agresi semacam ini, biasanya Suriah cukup merespons dengan membendung serangan-serangan udara itu secara tangguh. Mungkin ini berarti bahwa sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia sudah mumpuni untuk menjaga keamanan udara Suriah.

Selain itu, jelas bahwa tidak masuk akal bagi Damaskus untuk membuka front perang baru di saat AS, Turki, dan Kurdi (SDF) masih membuat kekacauan di utara Suriah. Namun, jika terbukti sebaliknya dan serangan Israel ke Suriah masih terus berlanjut, bisa jadi memang ada persekongkolan untuk menambahkan musuh keempat bagi Damaskus di dalam perbatasan-perbatasan Suriah.

Banyaknya krisis yang tengah dialami Rezim Zionis, baik krisis penanganan Corona maupun krisis internal pemerintahan, semua menunjukkan bahwa saat ini, Tel Aviv tidak memiliki kapasitas untuk membuka front perang baru. Serangan berulang ke Suriah dan penargetan kawasan-kawasan tertentu hanyalah upaya untuk menjalankan proyek yang disebut di atas (upaya pengusiran Iran dan Hizbullah).

Juga harus diingat bahwa eksistensi Rezim Zionis sangat mengandalkan penciptaan krisis. Tel Aviv kerap meraih tujuan lain dengan menciptakan sebuah krisis dan mengalihkan perhatian dunia ke krisis tersebut.

Atas dasar ini, bisa disimpulkan bahwa Israel mengincar target sekunder di balik meningkatnya agresi ke Suriah.

Pernyataan Rezim Zionis baru-baru ini terkait pencaplokan Tepi Barat dan Lembah Yordania dalam dua bulan ke depan bisa jadi sangat berkaitan dengan target sekunder Tel Aviv tersebut.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *