Ketegangan dengan Amerika Meningkat, Presiden China Instruksikan Militernya Bersiap Hadapi Keadaan Perang
POROS PERLAWANAN – Presiden China, Xi Jinping memerintahkan Angkatan Bersenjata Tiongkok untuk “secara komprehensif” memperkuat pelatihan pasukan dan bersiap untuk perang, sebagai tanggapan atas ketegangan yang meningkat antara Beijing dan sejumlah negara lain, Press TV melaporkan.
Berbicara di sela-sela pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional pada hari Rabu, Xi memuji kontribusi tentara China dalam perjuangan negara melawan epidemi virus Corona, namun Xi meminta angkatan bersenjata untuk meningkatkan pelatihan militer.
“Penting untuk mengeksplorasi cara-cara pelatihan dan persiapan perang karena upaya pengendalian epidemi telah dinormalisasi,” kata Xi seperti dilansir Xinhua.
“Penting meningkatkan persiapan untuk pertempuran bersenjata, dan secara fleksibel melaksanakan pelatihan militer tempur yang sebenarnya, dan meningkatkan kemampuan militer kita untuk melakukan misi militer,” tambahnya.
Lebih lanjut, Xi mengatakan bahwa militer harus memikirkan “skenario terburuk,” menambahkan bahwa mereka harus siap untuk “secara tegas menjaga kedaulatan nasional” dan “menjaga stabilitas strategis keseluruhan negara.”
Seruan Xi untuk meningkatkan kesiapan perang mengikuti keputusan untuk meningkatkan anggaran militer China sebesar 178 miliar dolar tahun lalu.
Permintaan khusus Xi kepada Angkatan Bersenjata ini datang di tengah ketegangan dengan India terkait masalah perbatasan, dan meningkatnya tensi dengan Amerika Serikat dan Australia terkait pandemi virus Corona.
Sejak pandemi virus Corona pecah di kota Wuhan pada akhir Desember tahun lalu, Beijing dan Washington kerap berselisih mengenai penyebaran dan asal virus.
Presiden AS Donald Trump terus menyebut virus Corona sebagai “virus China.”
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga pada beberapa kesempatan menuduh China tidak transparan dan jujur tentang pandemi virus Corona.
Bukan hanya soal virus, baru-baru ini, Washington-Beijing juga berselisih mengenai Hong Kong dan Taiwan.
China menyebut AS terlalu jauh ikut campur dalam urusan dalam negerinya, dan dengan keras menolak hal tersebut.