Loading

Ketik untuk mencari

Eropa

Kritik Kekerasan terhadap Pengunjuk Rasa di Paris, Iran: Polisi Prancis Harus Tahan Diri Hadapi Protes Damai

POROS PERLAWANAN – Dilansir Press TV, Kementerian Luar Negeri Iran mengkritik tindakan keras polisi Prancis terhadap protes damai di Ibu Kota Paris, yang mengikuti serangan bersenjata sebelumnya di kota itu.

Jubir Kementerian, Nasser Kan’ani membuat pernyataan tersebut pada Sabtu malam, yang dia mengutuk serangan keras dan rasis yang menewaskan sejumlah orang di Ibu Kota Prancis.

“Ada tiga orang tewas, satu orang dalam perawatan intensif dan dua orang dengan luka serius, dan tersangka, yang ditangkap, juga terluka, terutama di bagian wajah,” kata seorang jaksa Prancis kepada wartawan di lokasi kejadian di Paris pada Jumat.

Penyerang, seorang pria berusia 69 tahun, yang mengaku rasis dan sebelumnya telah melakukan serangan terhadap migran di Prancis, juga melakukan serangan penembakan di pusat budaya Kurdi di Ibu Kota Prancis. Dia melepaskan tembakan tanpa pandang bulu ke sebuah restoran yang menghadap pusat Kurdi dan juga salon rambut yang berdekatan.

Menurut pihak berwenang, dia baru saja dibebaskan dari penahanan sambil menunggu persidangan atas serangan pedang di sebuah kamp migran di Paris setahun yang lalu.

Diplomat Iran itu kemudian mendesak aparat penegak hukum Prancis untuk menahan diri saat menghadapi pengunjuk rasa damai. Dia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban serangan itu.

Kan’ani menegaskan bahwa Pemerintah Prancis memiliki latar belakang politik yang mengadopsi kebijakan diskriminatif terhadap minoritas dan migran, dan rekam jejaknya diwarnai dengan banyaknya kasus perlakuan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Antara November 2018 dan Januari 2019, setidaknya 12 orang tewas selama operasi penumpasan pasukan keamanan Prancis terhadap protes Rompi Kuning yang mengkritik kondisi kehidupan dan ekonomi di seluruh negara Eropa.

Jubir Iran kemudian mencatat bahwa “penyelidikan yang tidak memihak atas insiden Paris dapat menjelaskan berbagai aspeknya”.

Pada Sabtu, bentrokan pecah untuk hari kedua antara polisi Prancis dan pengunjuk rasa Kurdi yang marah atas pembunuhan tiga anggota komunitas mereka oleh pria bersenjata itu.

Kepala Polisi Paris, Laurent Nunez mengatakan bahwa tiba-tiba terjadi kekerasan dalam protes tersebut, tetapi belum jelas mengapa.

Berbicara di saluran berita BFM TV, Nunez mengatakan bahwa belasan pengunjuk rasa bertanggung jawab atas kekerasan tersebut, menambahkan bahwa ada 11 penangkapan dan sekitar 30 luka ringan.

Ratusan pengunjuk rasa Kurdi, bergabung dengan politisi termasuk Wali Kota distrik ke-10 Paris, mengibarkan bendera dan memberikan penghormatan kepada para korban.

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *