Loading

Ketik untuk mencari

Rusia

Mantan Pakar PBB Ungkap Kejahatan Perang Ukraina dan Kejanggalan ‘Pembantaian Warga Sipil Bucha’ Versi Barat

Mantan Pakar PBB Ungkap Kejahatan Perang Ukraina dan Kejanggalan ‘Pembantaian Warga Sipil Bucha' Versi Barat

POROS PERLAWANAN – Mantan Inspektur Persenjataan PBB, Scott Ritter dalam akunnya di Twitter menyatakan, media-media Barat mengabaikan bukti-bukti kejahatan perang Tentara Ukraina.

Dilansir Fars, Ritter yang juga merupakan mantan pejabat intelijen AS pernah menyelidiki senjata pemusnah massal Irak dalam program UNSCOM pada dekade 90-an. Dia lalu mengundurkan diri dari posisinya sebagai inspektur persenjataan PBB di tahun 1999, setelah membeberkan pengaruh AS, Inggris, dan Israel dalam program ini dan penyalahgunaannya untuk membombardir fasilitas-fasilitas Irak.

Pada Selasa 5 April kemarin, Ritter di akunnya menyinggung klaim-klaim media Barat soal pembunuhan warga sipil Bucha oleh Tentara Rusia dan label “pelaku kejahatan perang” yang disematkan kepada Moskow.

“Terkait peristiwa-peristiwa di Ukraina, saya meyakini bahwa kemungkinan terbesarnya adalah Zelensky ditangkap dan diadili sebagai penjahat perang, bukan Putin. Bukti-bukti langsung soal kejahatan perang Ukraina terus bertambah dari hari ke hari. Namun media-media Barat mengabaikannya,” cuit Ritter.

Dalam tulisannya di Russia Today, Ritter secara lebih rinci menjelaskan kontradiksi dalam versi Ukraina soal insiden Bucha.

“Dalam perang, korban pertama adalah kebenaran. Ungkapan ini dinisbatkan kepada penulis Yunani, Aeschylus. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa orang untuk pertama kalinya menyodorkan konsep propaganda perang era modern, pasti melihat hidupnya kembali ungkapan Aeschylus ini dalam konflik di Ukraina.”

“Pemerintah Kiev dan konsultan perang media di Barat kemungkinan telah menggunakan semua sarana drama Aeschylus demi mengilustrasikan sebuah tragedi modern di Bucha, Ukraina. Ini adalah manifestasi kaidah bahwa kebohongan bukan salah satu hasil cabang dari perang, namun justru salah satu senjata dalam perang”, tulis Ritter.

Dia menambahkan, siapa pun yang bernyali untuk menyangsikan bahwa “Rusia adalah pelaku pembunuhan di Bucha”, dia akan diserang dengan label-label seperti pion Rusia atau label lain yang lebih buruk.

“Merupakan sebuah fakta bahwa pasukan Rusia telah meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Polisi Nasional Ukraina memasuki Bucha pada 31 Maret. Di hari itu, Wali Kota Bucha mengumumkan bahwa kota berada dalam kontrol Otoritas Ukraina sepenuhnya.”

“Saat itu, tidak ada satu pun klaim dari Wali Kota atau pejabat Ukraina lain bahwa Rusia telah melakukan pembunuhan massal. Video terkait dipublikasikan pada 2 April oleh Otoritas Ukraina. Tidak jelas apakah video itu diambil hari itu juga atau sebelumnya. Namun yang pasti, gambar-gambar dalam video sangat berlawanan dengan versi yang diungkapkan Wali Kota sebelum itu,” tandas Ritter.

Tags:

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *